Page 46 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 46

Membaca Ulang Sartono Kartodirdjo
                   ‘berpangkal pada masyarakat Indonesia’. Dari sudut itu ia dapat diangap
                   sebagai sejarah nasional Indonesia. Penghadapan semacam itu memung-
                   kinkan berbagai konsepsi penulisan sejarah Indonesia. Tidak dapat
                   dikatakan bahwa hanya sesuatu konsepsi bercorak nasional, dan yang
                   lainnya tidak. Bila ia diterima dan diresmikan sebagai satu-satunya cara
                   penghadapan sejarah Indonesia yang nasional, maka akan terbuka pintu
                   untuk uniformiteit dan conformiteit dalam penyelidikan sejarah yang
                   dipaksakan dari atas, oleh pemegang kekuasaan politik. 12
                   Historiografi Indonesiasentris sebenarnya telah disadari
               kelemahannya sejak ia “dirumuskan” pada tahun 1957. Arah yang
               diinginkan saat itu adalah lahirnya karya-karya sejarah yang
               menempatkan masyarakat Indonesia sebagai pelaku sejarah dan
               bukan hanya kelompok responsif atas kekuasaan kolonial belaka.
               Semangat ini merupakan suatu “jiwa zaman” yang menghinggapi
               banyak orang dan di segala bidang, termasuk Yamin, Sartono
               dan lain-lain, terkecuali Soedjatmoko yang telah berpikir ke arah
               terwujudnya historiografi dengan standar-standar penyelidikan
               obyektif dan ilmiah. Dalam sajiannya ia mengatakan bahwa jika
               spirit nasionalisme (yang ditunjukkan dalam perspektif Indone-
               siasentris) itu ditempatkan sebagai falsafah sejarah nasional, maka
               hal itu tidak tepat. Menyebut filsafat sejarah nasional itu sendiri
               sebagai sebuah kesalahan,

                   “Tidak ada suatu falsafah tertentu tentang sejarah nasional, maupun tiada
                   suatu filsafah nasional tentang sejarah. Mengenai sejarah nasional ada
                   dua pengertian: filsafah sejarah ada, tetapi filsafah sejarah nasional ‘meru-
                   pakan suatu contradictio in terminis’. Pengertian itu bukan pada tempat-
                   nya di lapangan filsafah, dan bukan tempatnya di lapangan sejarah”.  13

                   12  Laporan Seminar Sedjarah, Atjara I dan II, Konsepsi Filsafat  Sedjarah Nasional
               dan Periodisasi Sedjarah Indonesia, Universitas Gadjah Mada, 1958, hlm 90.
                   13   Laporan Seminar Sedjarah, Ringkasan, Universitas Gadjah Mada, 1958,
               hlm 42

                                                                   27
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51