Page 49 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 49
Pemikiran Agraria Bulaksumur
dari “pola umum” tersebut. Dilihat dari sini maka pendapat Sarto-
no memerlukan klarifikasi.
Dari perspektif yang berbeda, periode pergerakan pada awal
abad 20 itu dapat dikatakan sebagai awal dari “Revolusi Indone-
sia”. Dengan mendefiniskan revolusi sebagai perombakan struk-
tur secara radikal dan menghasilkan sesuatu yang baru sama
sekali, maka sebenarnya perombakan itu terjadi pada awal abad
20. Mengubah struktur tanpa menghadirkan sesuatu yang sama
sekali baru bukanlah revolusi. Sesuatu yang sama sekali baru
hadir di muka bumi (sebab sebelumnya tidak pernah ada) pada
awal abad 20 itu adalah, “Indonesia”. Indonesia sebagai masa
depan yang baru telah diimajinasikan. Ia menggantikan nation
baru, komunitas baru sebagai ruang hidup bersama yang baru
pula. Proses revolusi dan merevolusi ini, Indonesia dan meng-
Indonesia ini, terjadi pada awal abad 20 hingga tahun 1960 dan
mengalami titik balik pasca-1965.
Di dalam proses itu yang berperanan penting dalam
membangun imajinasi adalah “bahasa”, yakni bahasa Melayu.
Melalui bahasalah cita-cita, ide, dan bayangan akan hadirnya
dunia baru itu dipertukarkan. Bahasa ini mampu menjelaskan
seluk beluk impian, masa depan, dan kompleksitas persoalan
penduduk. Cita-cita dan imajinasi itu agak bersifat mistik sifatnya,
sama seperti yang dilakukan oleh kaum milleniaris pada abad-
abad sebelumnya, meski yang baru ini hadir dalam ujar idiom
dan kosa kata modern. Muncul pertanyaan, mengapa bahasa
Melayu berhasil menjadi bahasa Indonesia? Teks resmi menga-
takan 2 hal: ia menjadi lingua franca dan bahasa resmi administrasi.
Tapi apakah dalam peran itu ia digunakan oleh banyak orang
untuk membicarakan masa depan yang dicita-citakan? Maka
jawabannya adalah “tidak”. Bahasa Melayu berhasil menjadi
30