Page 51 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 51
Pemikiran Agraria Bulaksumur
Spirit dalam UUD 1945 adalah ingin mengakhiri dualisme
hukum. Adat dan sistem hukumnya yang semula dianggap seba-
gai “solusi” di era Hindia Belanda, kemudian berubah menjadi
“persoalan” di era kemerdekaan Indonesia. Pengakuan atas “250
Zelfbesturende landschappen dan Volkgemeenschapen” di berbagai
daerah yang memiliki susunan asli, dan oleh karenanya dapat
dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa (Undang-
Undang Dasar 1945, Pasal 18a ayat 1), dapat ditafsirkan sebagai
kesementaraan dan “rayuan” agar daerah-daerah terlebih dahulu
menerima kehadiran Republik Indonesia. Tafsir ini seperti halnya
kesan yang dapat kita tangkap dari bunyi teks Proklamasi Kemer-
dekaan yang diucapkan Soekarno. Semangat kemerdekaan dan
penyambutan bayi yang baru lahir bernama Indonesia, menda-
hului penyelesaian masalah keadilan dan kondisi real sosial eko-
nomi, kejelasan hubungan daerah dengan pusat (Jawa), dan
sebagainya. Pembacaan ini dinyatakan secara tepat, “bahwa
kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kehidupan berke-
adilan dan sejahtera”.
Yang ingin dikatakan dengan uraian panjang di atas adalah
bahwa konsep integrasi Sartono berada dalam konteks tertentu, yakni
semangat merumuskan historiografi Indonesia-sentris dan dalam
proyek membangun sejarah nasional Indonesia. Ia tidak lagi cocok
untuk periode sesudahnya. Bahkan konsep ini bisa berpotensi
menyajikan narasi sejarah (lokal) yang memaksakan diri untuk
berproses ke arah unit sentralistik (pusat). Dengan demikian,
mengkritisi historiografi Indonesiasentris berarti pula
mempertanyakan ulang konsep integrasi ini. Dengan mengatakan
bahwa pemikiran Indonesiasentris “more successful in conception
than in execution” maka demikian pula kehati-hatian kita terhadap
konsep integrasi dalam membaca proses sejarah nasional indonesia.
32