Page 50 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 50
Membaca Ulang Sartono Kartodirdjo
bahasa Indonesia karena digunakan oleh sastra Tionghoa. Jenis
sastra inilah yang dibaca oleh banyak kalangan, bisa menyatukan
satu impian orang dengan impian orang lain, misi politik redaksi
kepada khalayak pembacanya dan sirkuler dari khalayak kepada
16
redaksi. Proses produksi dan reproduksi pengetahuan yang
tercipta dalam dunia pers dan kesusastraan Melayu-Tionghoa ini-
lah yang melahirkan kosa-kata revolusioner bernama Indonesia.
Menarik untuk membandingkan konsep integrasi Sartono
dengan gagasan integrasi Soepomo, serta bagaimana dampak
gagasan ini turut hadir mempengaruhi pengimajinasian nasion
ke-Indonesiaan kita. Gagasan integrasi Soepomo terejawentahkan
dalam penyusunan Undang-undang Dasar 1945. Sebagai arsitek
dalam penyusunan itu, Soepomo memanfaatkan keahliannya
sebagai pakar hukum adat dan ketatanegaraan. Ia adalah murid
paling berpengaruh dari dari Van Vollenhoven. Ada perubahan
yang menarik dari para ahli hukum adat, termasuk Soepomo,
mengenai pandangannya terhadap adat dan bagaimana ia ditem-
patkan dalam bingkai negara modern. Sikap Soepomo terhadap
hukum adat sangatlah mendua. Ia begitu getol membela hukum
adat pada masa sebelum Perang, sebagaimana gurunya menuntut
pengakuan dan sistem campuran (adat dan Barat) dalam hukum
kolonial yang diterapkan di Hindia Belanda. Akan tetapi seperti
halnya mayoritas praktisi hukum Indonesia, sikapnya berubah
setelah tahun 1945. 17
16 Catatan atas Ceramah Kebudayaan Max Lane di MRC-USD,
Yogyakarta, 9 Juli 2010
17 C. Fasseur, “Dilema Zaman Kolonial: Van Vollenhoven dan Perseteruan
antara Hukum Adat dan Hukum Barat di Indonesia, dalam, Jamie S. Davidson,
David Henley, dan Sandra Moniaga, (eds.), Adat dalam Politik Indonesia,
(Jakarta: KITLV dan Yayasan Obor Indonesia, 2010), hlm 75
31