Page 45 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 45
Pemikiran Agraria Bulaksumur
bahwa dua hal yang menjadi kunci mengapa sejarah Indonesia-
sentris gagal adalah ketidakmampuannya dalam menghadirkan
sejarah secara lebih manusiawi dan beragam, baik dari sisi keber-
agaman tema maupun epistemologinya. Tidak manusiawi sebab
narasi sejarah di masa lalu senantiasa dikaitkan pada struktur
yang lebih luas yakni negara-bangsa, tidak beragam karena hanya
berkisar pada sejarah politik dan ideologi nasionalisme mengen-
dalai pembacaan terhadap keragaman realitas. Kemudian ia
merekomendasikan bagaimana seharusnya sejarah memberi
ruang pada keseharian, kemanusiaan, dan sesuatu yang terpinggirkan. 11
Dalam kalimat lain barangkali dapat dikatakan bahwa seja-
rah, yang semestinya merupakan kajian atas humaniora
terinkorporasi ke dalam studi sosiologi yang lebih menekankan
pada struktur dan sistem yang lebih luas. Dan ini merupakan ciri
yang tampak menonjol dalam kajian Sartono. Historiografi
Indonesiasentris itu meski bisa difahami untuk konteks pasca-
kolonial kala itu dan demi tujuan paedagogi atau ideologi di tahun
1950-an, dalam perkembangannya ia tidaklah tepat untuk
kepentingan sejarah akademis dan kritis. Historiografi Indonesia-
sentris telah menunaikan tugas untuk dekade awal pasca-kolonial,
dan dengan itulah ia telah menjawab tantangan zamannya.
Kekhawatiran ideologisasi historiografi Indonesiasentris
sebenarnya telah ditangkap oleh Soedjatmoko jauh-jauh hari
dalam Seminar Sejarah Nasional I di Yogyakarta, tahun 1957.
Sebagai seseorang dengan pandangan internasionalis dan
humanis, ia mengatakan bahwa,
“Sejarah Indonesia sekarang tentu akan ditilik dan ditulis dari sudut
11 Lihat, Bambang Purwanto, Gagalnya Historiografi Indonesiasentris,
Yogyakarta: Ombak, 2006
26