Page 48 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 48

Membaca Ulang Sartono Kartodirdjo
               unit tertentu. Dalam episode itu berbagai kekuatan berinteraksi
               dalam berbagai konteks ekonomi-politik, kedaerahan (satu daerah
               dengan daerah yang lain, satu kekuatan lokal—kerajaan dengan
               kekuatan global) yang belum terkerangkai oleh satu ikatan yang
               disebut negara bangsa. Bangunan negara-bangsa baru samar-
               samar terwujud pada awal abad 20 tatkala Hindia Belanda menja-
               di bagian dari Pax Neerlandia. Kerajaan-kerajaan di seluruh
               nusantara ditundukkan melalui pakta kedudukan dalam bentuk
               korte verklaring atau lange contract, meski beberapa daerah menda-
                              15
               pat hak istimewa.  Alih-alih arah integrasi menuju hadirnya na-
               sion state bernama Indonesia, dalam proses seperti itu justru yang
               tampak adalah arah integrasi yang mendorong (meligitimasi)
               hadirnya suatu unit koloni bernama Hindia Belanda yang menjadi
               bagian dari administrasi-pilitik Pax Neerlandia. Gubernur Jen-
               deral van Heutz berperan penting dalam proses ini.
                   Kedua, jika yang dimaksud dengan arah integrasi itu adalah
               menuju hadirnya dunia baru yang diimajinasikan, yakni Indo-
               nesia, maka pertanyaannya adalah, siapa (saja) yang mengima-
               jinasikannya itu? Dengan posisi politik sebagai bagian dari
               kekuasaan pemerintah, disertai peneguhan hak adat, dan privi-
               lege sosial-ekonominya, elit-elit tradisional dan sebagian besar elite
               modern di berbagai daerah justru memiliki imajinasi yang mengi-
               kuti kecenderungan “pola ulum”. Mereka merasa menjadi bagian
               dari kekuasaan Hindia Belanda. Sedangkan lapisan kecil dari elit
               terdidik modern baik dari kalangan pribumi, keturunan Tiong-
               hoa, dan kaum Indisch, serta lapisan massa yang diorganisir,
               memiliki aspirasi politik ke arah sebaliknya yang menyimpang



                   15  Lihat, Usep Ranawidjaja, Swapradja, Sekarang dan dihari Kemudian,
               (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1955)

                                                                   29
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53