Page 44 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 44
Membaca Ulang Sartono Kartodirdjo
jahan”, itu justru dikembangkan secara internal kepada sesama-
nya maupun terhadap kelompok di luarnya. Kolonialisme misal-
nya, bukanlah produk yang telah jadi di “negeri induk” yang
kemudian disebar ke negeri koloni, namun ia bisa dibentuk saat
perjumpaan di negeri koloni itu. Bahkan dalam kasus sebaliknya,
apa yang disebut “Jawa”, misalnya, sebagaimana dijelaskan oleh
John Pamberton, bukanlah sesuatu yang terjadi secara alamiah,
namun ia adalah bentukan sejarah hasil persinggungan berbagai
9
kekuatan, melalui penaklukan, penyesuaian, dll. Demikian pula
dengan “adat” (hukum adat, kearifan lokal, dan berbagai istilah
turunan lainnya).
Cara melihat semacam ini mengajak kita bersetia pada kritik
ilmiah ketimbang bersetia pada ideologi nasionalitas. Dengan cara
membaca demikian, kehawatiran yang jauh hari telah disinyalir
oleh Sartono Kartodirdjo semoga dapat dihindari,
“Persoalannya sekarang ialah, apakah pendekatan ‘dari dalam’ dan pan-
dangan Indonesiasentris akan cukup menjamin terungkapnya kompleks
faktor-faktor yang mempengaruhi situasi-situasi historis dalam sejarah
Indonesia? Pandangan Indonesiasentris yang masih terpaut pada pende-
katan dari sejarah konvensional belum mampu menguraikan segala kom-
pleksitas historis dari kehidupan bangsa Indonesia.” 10
Sinyalemen ini juga merupakan inti dari kritik yang dilaku-
kan oleh sejarawan lain, Bambang Purwanto. Ia menyatakan
9 Periksa, John Pemberton, On the Subject of Java, (Ithaca: Cornell Uni-
versity Press, 1994)
10 Sartono Kartodirdjo, “Beberapa Masalah Teori dan Metodologi Sejarah
Indonesia”, dalam Lembaran Sejarah, no. 6 Desember 1970, sie. Penelitian Jurusan
Sejarah, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, dimuat
kembali dalam buku Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan
Historiografi Indonesia, suatu Alternatif, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 70
25