Page 41 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 41
Pemikiran Agraria Bulaksumur
Yogyakarta pada akhir tahun 1957 telah berhasil menerobos kerangka
kolonial dari Sejarah Indonesia serta mengganti pemandangan Eropasen-
tris dengan yang Indonesiasentris. Pemikiran yang pada umumnya bersifat
lebih filosofis atau teoritis itu memang berhasil memberikan saran-sa-
ran, pengertian-pengertian serta pandangan-pandangan sekitar approach
baru dari sejarah Indonesia, kadang-kadang malahan bersifat sangat
provokatif, akan tetapi kemudian terbukti bahwa pemikiran itu ‘more
successful in conception than in execution’, konsepsi-konsepsinya lebih
bersifat filosofis tanpa landasan pada studi yang mendetail dari sumber-
sumber sejarah.” 5
Sartono menyadari benar bahwa sudut pandang itu more
successful in conception than in execution. Sudut pandang moral
semacam itu dapat menjebak penulis sejarah pada simplifikasi,
misalkan hanya mengganti orang Belanda menjadi orang Indo-
nesia sebagai titik-sentralnya, mengganti pengkhianat dengan
pahlawan, serta melekatkan berbagi identitas heroistik ke dalam
aktifitas yang dilakukan oleh orang pribumi tatkala berhadapan
dengan kekuatan lain di masa lalu, padahal ia berada dalam
konteks yang berlainan. Kecenderungan yang paling berbahaya
adalah mengabaikan norma obyektifitas dalam penulisan sejarah.
Maka di sinilah dibutuhkan penguatan dari segi metodologi:
skope temporal maupun spasial dan analisa atau eksplanasi.
Terhadap dua hal ini, Sartono menawarkan penulisan sejarah
dalam lingkup yang lebih mikro, yakni sejarah lokal dan pende-
katan ilmu sosial dalam menjelaskan suatu fenomena sejarah. Ia
menyatakan,
5 Sartono Kartodirdjo, “Lembaran Sejarah”, no. 6 Desember 1970, sie.
Penelitian Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas
Gadjah Mada., hlm. 24-25, dimuat kembali dalam buku Sartono Kartodirdjo,
Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, suatu Alternatif, (Jakarta:
Gramedia, 1982), hlm. 30
22