Page 130 - pengadaan tanah CNVRT.cdr
P. 130

5  (lima)  Hektar  secara  atributif  kewenangan  penerbitan
           Penetapan Lokasinya (Penlok) ada pada kewenangan Bupati/
           Walikota. Sementara dahulu berdasarkan UU Nomor 2 Tahun
           2012  secara  atributif  kewenangan  penerbitan  Penetapan
           Lokasi (Penlok) masih ada pada Gubernur, dan Gubernur dapat
           menugaskan kepada Bupati/Walikota. Bupati/Walikota era UU
           No. 2 Tahun 2012 jika menerbitkan Penetapan Lokasi, maka
           berdasarkan kewenangan tersebut diperoleh karena delegasi.
           Dengan Peraturan yang baru/regulasi terbaru ini, maka tanggung
           jawab dan akibat hukum dari tindakan Bupati/Walikota dalam
           penerbitan  Penlok  akibat  hukum yang  ditimbulkan  secara
           hukum administrasi ada pada Bupati/Walikota.

           Pasal 19C

               Setelah  penetapan  lokasi  Pengadaan  Tanah  dilakukan,
           tidak diperlukan lagi persyaratan:
           a.   Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;

           b.   pertimbangan teknis;

           c.   di luar kawasan hutan dan di luar kawasan pertambangan;
           d.   di luar kawasan gambut/sempadan pantai; dan

           e.   analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

               Penambahan  ketentuan  Pasal  19C  ini  mengisyaratkan
           bahwa dengan  terbitnya Penetapan  Lokasi,  terkait  dengan
           perizinan-perizinan yang substansinya meliputi huruf a s/d e
           secara  hukum  diasumsikan  sudah  clean  and  clear,  sehingga
           tidak ada lagi alasan/dasar untuk menunda penyelenggaraan
           Pengadaan  Tanah  Bagi  Pelaksanaan  Pembangunan  Untuk
           Kepentingan Umum.




                                     Perkembangan Pengadaan Tanah di Indonesia  101
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135