Page 26 - Microsoft Word - E-BOOK Guru Menembus Amerika
P. 26
tiap hari penuh orang untuk makan siang. Saya sangat
senang berada di rumah bibi, dan berharap agar bibi mau
mengajarkan saya masak ala restauran. Kedua orangtua
menemani saya mendaftar di kampus yang sudah saya pilih.
Selama satu minggu ayah dan ibu bersama saya di Medan.
Dan saya tidak ingin mereka pergi ke Jakarta. Sampai
akhirnya tiba mereka harus balik ke Jakarta karena harus
menemani adik-adik yang masih sangat perlu bimbingan.
Menetes deras airmata saya, menyaksikan mereka pergi
meninggalkan Medan. Berkali-kali saya menahan ibu untuk
tidak jadi ke Jakarta. Ibu pun tiada kuasa menahan airmata
melihat kondisi saya seperti itu. Airmata menetes di pipi ibu.
Ayah juga meneteskan airmatanya, kami bertiga menangis.
Bibi juga menangis melihat kami.
“Ibu dan ayah akan datang lagi ke Medan segera, Erika.
Kasihan adik-adikmu tidak ada yang menjaga. Kamu kan
sudah mahasiswa, harus lebih kuat. Ingat impian ayah dan
keinginanmu yang kuat untuk bisa jadi sarjana dan pergi ke
Amerika,” ibu memberikan penguatan kepada saya. Mau
tidak mau, akhirnya saya melepaskan kepergian mereka ke
Jakarta. “Hati-hati di jalan. Harus sampai di Jakarta dengan
selamat ya,” kata saya gemetar. Mereka pun mencium ke dua
pipi dan kening sebagai tanda perpisahan. Saya melihat ayah
dan ibu naik truk lagi dan melambaikan tangan. Sampai
akhirnya mereka hilang dari pandangan saya. Bibi mengajak
saya masuk ke rumah dan menyuruh saya untuk istirahat.
Kehidupan baru sudah saya mulai, jauh dari ayah, ibu dan
adik-adik.
20 | Erika Ambarita