Page 23 - Microsoft Word - E-BOOK Guru Menembus Amerika
P. 23
“Ayah, mana?” Tanya ibu kemudian.
“Di kamar”, jawab saya.
“Ibu ingin bilang ke ayah, untuk merayakan kelulusanmu
nanti malam di rumah, masak makanan kesukaanmu. Setuju,
kamu nak?” Ibu memberikan penjelasan dengan suara
gemetar menahan rasa bahagia. Saya mengangguk,
kemudian ibu pergi ke kamar ayah, meninggalkan saya di
dapur. Tiba-tiba saya merasa sedih, membayangkan jauh dari
kedua orangtua dan adik-adik apabila saya kuliah di Medan.
Saya akan sendirian, dan bertemu teman-teman baru. Apakah
saya akan kuat dan tahan jauh orangtua dan adik-adik?
Mereka di Jakarta dan saya di Medan? Dalam kesedihan, tiba-
tiba saya mendengar suara ibu.
“Ibu mau pergi ke pasar, Erika. Apakah kamu mau ikut?”
“Tidak bu. Saya di rumah saja,” jawab saya pelan. Ibu
mengambil keranjang belanja. “Hati-hati, ibu,” kata saya lagi.
Ibu tersenyum, meninggalkan saya. Dari dapur saya melihat
ibu naik ojek pergi ke pasar. Lalu saya duduk di kursi makan,
merenung dan tiba-tiba ada air mata menetes membasahi
pipi. Saya menangis tersedu-sedu, tidak ingin ada yang
mendengar. “Pasti saya akan kesepian dan rindu sekali
dengan keluarga di Jakarta. Tapi saya ingin jadi seorang
sarjana dan bisa mewujudkan mimpi ayah dan keinginan saya
untuk ke Amerika. Saya harus kuat.” Saya menyemangati diri
sendiri. Untuk menenangkan pikiran, saya ke kamar tidur dan
membaringkan badan. Seharian saya hanya di kamar.
Merapikan buku-buku pelajaran ketika di SMA dan sekali-kali
membaca majalah. Saya memisahkan antara buku yang
berbahasa Indonesia dengan yang berbahasa Inggris.
Guru Menembus Amerika | 17