Page 53 - Microsoft Word - E-BOOK Guru Menembus Amerika
P. 53
bandara SFO ini. Antrian panjang tidak membuat saya merasa
lelah, karena mata saya melihat para pria asing yang tampan
dan wanitanya yang cantik, kulit mereka sangat bersih,
rambut pirang dan mata biru yang indah. Sangat beda
dengan saya dari Jakarta, Indonesia, berkulit sawo matang
dan berambut hitam, bola mata coklat.
Tiba gilirannya saya menghadap petugas imigrasi yang
sangat tampan. Jantung saya berdetak keras, dan berkata
dalam hati, “mungkin kalau di Indonesia, pria asing ini sudah
jadi aktor ‘papan atas’.” Dengan ramah petugas imigrasi
meminta paspor dan melihat visa Amerika, juga tiket
pesawat. Kemudian menanyakan beberapa hal yang
berkaitan dengan identitas dan keperluan selama saya di
Amerika. Semua saya jawab dengan perasaan kuatir, karena
takut salah menjawab. Apalagi dengan aksen bahasa Inggris
yang sangat kental dan mengalir seperti air, membuat telinga
harus saya buka lebar-lebar. Setelah saya dapat menjawab
semua pertanyaan dengan jujur dilanjutkan dengan memberi
cap jempol tangan saya pada buku yang sudah dipersiapkan,
memberi stempel imigrasi amerika pada paspor, lalu foto
tanpa kacamata. Kata orang, biasanya bila sudah sampai
tahap ini, berarti proses lancar dan saya sudah bisa masuk ke
Amerika dengan aman. Dan ternyata benar. Kemudian saya
dipersilahkan untuk masuk ke bagian pengambilan koper.
Lega rasanya. Saya berkata dalam hati, “Amerika, I am
coming.”
Setelah saya berhasil menemukan koper, segera menuju
pintu keluar. Dan sempat meminta petugas keamanan untuk
mengambil foto saya yang pertama berada di San Fransisco,
Guru Menembus Amerika | 47