Page 56 - Microsoft Word - E-BOOK Guru Menembus Amerika
P. 56
di Jakarta. Akhirnya saya putuskan, hanya makan roti saja,
rasanya sedikit sama dengan roti di Indonesia. Ketika hendak
minum, saya cek di kulkas, tidak ada. Lalu saya turun ke lantai
dasar menggunakan lift untuk membeli minum. Saya pun
menjumpai seorang petugas dan menanyakan minuman yang
tidak ada di dalam kamar hotel. Kemudian petugas itu
menjelaskan bahwa hotel tidak menyediakan minuman di
kamar, para tamu dipersilahkan untuk minum dari air kran
yang ada di kamar mandi. Bagai tersambar petir di siang
bolong setelah mendengar penjelasan dari petugas hotel.
Saya lupa, bahwa saya berada di Amerika, yang airnya sangat
layak dan sehat untuk diminum walau tidak dimasak
sekalipun. Tetapi saya tetap membeli minuman yang mereka
jual di lemari pendingin. Setelah membayar dengan memakai
uang dolar amerika, saya segera ke kamar hotel dan minum
air yang tadi saya beli. Hilang dahaga. Botol minuman yang
tadi saya beli tidak saya buang. Tapi saya isi dengan air dari
kran di kamar mandi. Kemudian saya simpan di lemari
pendingin dengan tujuan agar lebih steril. Masih Indonesia
mind. Selanjutnya, saya membaringkan tubuh untuk
beristirahat, tetapi mata saya belum terbiasa dengan
perbedaan waktu di Amerika. Di Jakarta masih pagi hari dan
mata saya tidak bisa diajak kompromi untuk tidur. Saya yakin,
orang-orang di Amerika sudah pada tidur lelap. Tapi saya
belum bisa tidur, kata orang saya sedang mengalami
“Jetlag”.
Tepat pukul delapan pagi waktu Amerika, Alfonso sudah
datang menjemput. Sebenarnya jam delapan pagi waktu
Amerika adalah saat kedua mata saya mulai merasa
50 | Erika Ambarita

