Page 112 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 112

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                        Ilmu  pengetahuan  dan  teknik  Barat  itu  sesuatu  yang  tak  bisa
                        dipisahkan dari jiwa, pendirian hidup, dari falsafah hidup ala Barat.
                        Barat melepaskan dirinya dari alam dan diri yang terlepas dari alam
                        ini  ingin  menguasai  alam,  ingin  memakai  alam  untuk  dirinya.
                        Pendirian  serupa  ini  berasal  dari  bangsa  Semiet  (agama  Yahudi,
                                         36
                        Nasrani, dan Islam).


                       Perdebatan  kebudayaan  ini  kemudian  mejadi  fokus
                pembicaraan.  Mental  kebudayaan  bangsa  Indonesia  memang
                menjadi  sasaran  kritik  tajam  Sutan  Takdir.  Sutan  Takdir  sangat
                konsisten  dengan  dukungannya  terhadap  gagasan  Barat.  Sampai
                akhir  karangannya  dalam  polemik  kedua  ini  pendapatnya  tidak
                berubah  sedikitpun.  Malahan  Sutan  Takdir  selalu  berapi-api  dalam
                menanggapi berbagai esai yang ditujukan kepada dirinya. Selanjutnya
                esai terakhir Sutan takdir dalam polemik kedua ini ditanggapi oleh M.
                Amir  yang  kembai  mengulas  mengenai  permasalahan  seputar
                Kongres  Pendidikan  Nasional  dan  persoalan  mengenai  kebudayaan
                dan  peradaban  yang  sebelumnya  menjadi  perbincangan  hangat
                antara  Sutan  Takdir  dengan  Adinegoro.  Polemik  kedua  ini  ditutup
                dengan esai KH Dewantara yang berjudul “Pembaruan Adab: Pesan
                kepada Tuan-Tuan Sutan Takdir Alisjahbana, Dr. Sutomo, dan Sanusi
                       37
                Pane”.   KH  Dewantara  tidak  lagi  mengulas  menganai  apa  menjadi
                perdebatan. Ia lebih cenderung menengahkan dan menilai gagasan-
                gagasan yang dikemukakan.

                       Selanjutnya  perdebatan  kembali  terjadi,  yang  kemudian  disebut
                                                                             38
                sebagai  polemik  ketiga,  antara  Sutan  Takdir  dengan  Dr.  M  Amir   dalam
                Pujangga  Baru  dan  Suara  Umum  pada  Juni  1935.  Kali  ini  perdebatan
                membicarakan persoalan mengenai pembangunan dan pendidikan. Seperti
                sebelum-sebelumnya, Sutan Takdir juga mengawali polemik ini. Ia menulis
                sebuah esai dalam Pujangga Baru yang berjudul “Pekerjaan Pembangunan
                Bangsa  sebagai  Pekerjaan  Pendidikan”.  Sutan  Takdir  mengawali  esainya
                dengan menulis:

                        Kurangnya kecakapan bangsa kita dalam ilmu teknik dan berperang,
                        berakibat  bangsa  kita  dapat  ditaklukan  oleh  bangsa  Barat.
                        Kekurangmampuan dan kekuranguletan di bidang ekonomi



                10
                0
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117