Page 110 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 110
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
Sutan Takdir, jika ditanya apakah sekolah barat menyelangarakan
pendidikan, jawabannya adalah iya. Namun pendidikannya mungkin tidak
selaras dengan apa yang dikhendaki oleh Soetomo. Namun sifat dari
keuniversalan pendidikan sesunguhnya telah diselengarakan oleh sekolah
Barat. Pada sekolah Barat murid-murid juga dididik untuk menjauhi sifat
jahat dan menyerukan apa yang baik. Murid-murid juga ditekankan agar
jangan jadi penakut dan harus berani, melawan yang salah dan melindungi
yang benar dan sebagainya. Hal itulah yang menurut Sutan Takdir sebagai
sebuah penyelengaraan pendidikan yang dilakukan oleh sekolah Barat. Ia
berkesimpulan bahwa penddidikan dan pengajaran keduanya telah secara
bersamaan diselengarakan oleh sekolah Barat.
Perdebatan keduanya memang menjadi perdebatan yang cukup
hangat dan menarik perhatian. Keduanya memiliki gagasan yang orisinil
dalam merumuskan konsep pendidikan yang ideal untuk bangsa Indonesia.
Meskipun agar terlihat berapi-api, perdebatan ini sangatlah akademis dan
santun. Meskipun memiliki perbedaan yang sangat mendasar mengenai
konsep pendidikan, sesnungguhnya mereka telah memiliki tujuan yang
sama, yakni memajukan pendidikan bangsa Indonesia.
34
Selanjutnya muncul tokoh Adinegoro, yang juga merepon
perdebatan sengit antara Sutan Takdir dan Soetomo. Adinegoro nampaknya
berbeda pendapat dengan Sutan Takdir dalam hal gagasan Barat. Ia
mengatakan bahwa sifat intelektualisme, individualisme, egoisme, dan
materialisme bukan milik bangsa Indonesia. Namun, menurut Adinegoro,
permasalahan sesungguhnya bukanlah di situ, karena segala hal tersebut
sesungguhnya juga dirasakan oleh berbagai bangsa di seluruh dunia dan
bersifat universal. Selain itu, Adinegoro juga menganggap bahwa Sutan
Takdir sebenarnya menghendaki kemajuan sama halnya dengan para
pemrasaran dalam Kongres Perguruan Nasional. Namun Adinegoro
beranggapan bahwa kemajuan yang dimaksud oleh Sutan Takdir adalah
peradaban, bukanlah kebudayaan. Adinegoro juga memaparkan mengenai
persamaan pandangan Sutan Takdir dengan Cipto, begitupun antara
Soetomo dan KH Dewantara. Lebih lanjut Adinegoro juga memberikan
35
penjelasan mengenai perbedaan antara kebudayaan dan peradaban.
Sutan Takdir memberikan respon terhadap esai Adinegoro dalam
Pewarta Deli. Ia nampaknya kecewa dengan apa yang dikemukakan
Adinegoro. Kekecewaannya bukan karena Adinegoro tidak setuju dengan
pendapatnya, namun lebih dikarenakan pernyataan Adinegoro yang
98