Page 108 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 108

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                Namun corak pendidikan Barat setidaknya telah mengajarkan cara berfikir
                kritis. Sutan Takdir nampaknya setuju jika pesantren hanya dijadikan salah
                satu media pemberantas buta huruf di pedesaan. Pesantren dapat menjadi
                lembaga  yang  termudah  dan  tercepat  dalam  melaksanakan  tugas  ini.
                Dengan  mulai  pandainya  masyarakat  desa  dalam  membaca  dan  menulis,
                maka dengan cepat ilmu pengetahuan modern dapat diserap oleh mereka
                sehingga akan terbukalah mata masyarakat desa terhadap kemajuan ilmu
                pengatehuan,  yang  selanjutnya  akan  berperan  dalam  mendobrak  tradisi
                lama,  robohnya  pengkultusan  seorang  kiai,  sampai  lenyapnya  sifat
                          31
                kekolotan.
                       Selanjutnya  esai  Sutan  Takdir  dianggapi  oleh  Soetomo  sebagai
                sebuah perbedaan pandangan hidup. Soetomo juga mengkritik esai Sutan
                Takdir  yang  cenderung  mencampuradukan  definisi antara  pendidikan  dan
                perguruan. Soetomo beranggapan bahwa yang diselengarakan pendidikan
                Barat  adalah  pengajaran,  bukan  pendidikan.  Soetomo  juga  memaparkan
                bahwa  pendidikan  barat  tidaklah  sepenuhnya  sempurna,  masih  banyak
                kekurangan  di  sana-sini.  Ia  mengambil  contoh  HIS,  yang  dicela  sekeras-
                kerasnya oleh Soetomo karena dianggap belum berhasil mengantarkan para
                lulusannya  untuk  melanjutkan  studinya  ke  tingkat  lanjutan.  Soetomo
                menilai ini merupakan kegagalan yang nyata. Memang sejak awal Soetomo
                sangat  bertentangan  dengan  Sutan  Takdir.  Soetomo  menginginkan
                pendidikan  yang  berdasarkan  pada  nilai-nilai  luhur  kebudayaan  bangsa
                Indonesia,  yang  dinilainya  bukan  hanya  melakukan  pengajaran  tapi  juga
                pendidikan.  Mendidik  yang  dimaksud  Soetomo  lebih  pada  pendidikan
                dalam konteks akhlak dan moral ketimuran.

                       Selain  itu,  kritik  Soetomo  juga  diarahkan  pada  pemikiran  Sutan
                Takdir yang terlalu mengabaikan aspek sejarah. Padahal, Tjindarbumi telah
                mengatakan dalam esainya bahwa masyarakat Jepang dapat maju dengan
                meniru  Barat  tanpa  harus  menanggalkan  identitas  kebudayaannya.
                Soetomo  juga  memberikan  jawaban  atas  kritik  Sutan  Takdir  yang
                mengatakan  bahwa  terpusatnya  pesantren  kepada  seorang  kiai  yang
                membuat  bangsa  ini  mengalami  kemunduran.  Soetomo  menyangkal
                argumen tersebut. Ia mengatakan bahwa :


                        Sejarah menunjukkan bahwa jatuhnya bangsa ini sesungguhnya
                        karena sikap acuh tak acuh dengan keberadaan pesantren. Karena




                96
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113