Page 104 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 104

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                        segobang sehari. Pakaiannya tidak cukup lagi hanya sehelai saja dan
                        ia mulai berminat tinggal di rumah yang layak. Ia mulai menghargai
                        uang  dan  harta,  dan  mulai  bekerja  keras  untuk  mengumpulkan
                        uang dan harta, yang sebenarnya menjadi hak kewajiban tiap-tiap
                              22
                        orang.


                       Esainya tersebut kemudian menimbulkan respon yang beragam. Hal
                yang  paling  menarik  dapat  dilihat  dari  perdebatan  antara  Sutan  Takir
                                          23
                dengan  Soetomo.  Soetomo   sebagai  salah  satu  dari  pemrasaran  dalam
                Kongres Perguruan Nasional tersebut, merasa terpanggil untuk memberikan
                jawaban  atas  kritikan  yang  diajukan  Sutan  Takdir.  Bebeda  dengan  Sutan
                Takdir,  Soetomo  tidak  begitu  tertarik  dengan  gagasan  Barat,  meskipun  ia
                juga  lulusan  dari  pendidikan  Barat.  Soetomo  masih  bersikukuh  dengan
                konsep  pendidikan  Pondok  Pesantren  yang  ia  ajukan.  Menurutnya,  selain
                biaya  pendidikannya  yang  murah,  di  pesantren  anak-anak  dapat  terawasi
                dengan  baik.  Selain  itu  anak-anak  yang  tumbuh  dilingkungan  pesantren
                lebih  besar  jiwa  sosialnya,  jika  dibanding  dengan  anak-anak  yang  dididik
                dalam  sekolah  Barat  yang  cenderung  individualis.  Soetomo  menganggap
                bahwa pendidikan yang diselangarakan Indonesia kelak tidak hanya sebagai
                alat  asah  kecerdasan  saja,  namun  dapat  menjadi  media  untuk
                                          24
                menumbuhkan  moral  anak.   Selain  itu,  Soetomo  juga  menepis  tudingan
                bahwa  ia  dan  para  pemrasaran  Kongres  bersikap  antipati  terhadap
                intelektualisme, individualisme, egoisme, dan materialisme.
                       Kemudian  Sutan  kembali  memberikan  jawaban  atas  pernyataan
                yang  dikemukakan  Soetomo  dalam  Suara  Umum.  Menurutnya,  Soetomo
                tidak menjawab pertanyaan yang diajukan olehnya. Malahan kemudian ia
                menelanjangi  segala  kekurangan  dalam  pendidikan  Barat.  Menurut  Sutan
                Takdir,  untuk  menyelenggarakan  pendididkan  Nasiona,  kita  harus
                mengambil  titik  tolak  dari  kekurangan  pola  pendidikan  yang
                diselenggarakan Barat. Yang pasti titik tolak tersebut harus merujuk pada
                kebutuhan  yang  diperlukan  oleh  bangsa  Indonesia  sendiri.  Bila
                kekuranganya  dalam  kecerdasan,  maka  harus  diasah  kecerdasannya
                setajam  mungkin,  bila  kurang  individualisnya  maka  hiduplah  individu
                sehidup-hidupnya.  Sutan  Takdir  sangat  berkeyakinan  bahwa  jika  ingin
                menyamai  Barat,  bangsa  Indonesia  harus  merebut  instrumen-instrumen
                yang  telah  berperan  dalam  memajukan  Barat.  Kemudian  Sutan  Takdir
                menutup easainya dengan sebuah semboyan positif :



                92
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109