Page 99 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 99

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA


                       Oleh  karena  itu,  Sutan  Takdir  bersikukuh  bahwa  Indonesia  baru
                harus melepaskan diri dari benalu sejarah yang selalu menempel. Indonesia
                harus  menyongsong  kebudayaan  baru,  dan  siap  memasuki  kemajuan
                zaman;  suatu  kebudayaan  yang  meliputi  kompilasi  kebudayaan  lintas
                golongan  atau  suku.  Sutan  Takdir  mengambil  contoh  dan  menawarkan
                kebudayaan Barat yang dinamis dan bersifat intelektulisme, individualisme,
                egoisme,  dan  meterialisme;  gagasan  yang  telah  membawa  Barat  pada
                kemajuan.  Maka  tidak  ada  salahnya  apabila  Indonesia  yang  sedang
                merumuskan identitas kebudayaan nasionalnya mengadopsi nilai-nilai Barat
                yang telah terbukti dapat membawa Barat pada masa keemasan.

                       Dalam polemik pertama ini Sutan Takdir mendapatkan respon dari
                Sanusi  Pane  dan  Poerbatjaraka.  Mereka  berbeda  pendapat  mengenai
                pemisahan periode sejarah Indonesia yang oleh Sutan Takdir dibagi menjadi
                masa pra-Indonesia dan Indonesia. Sanusi Pane dalam Suara Umum nomor
                276, 4 September 1935, memberikan jawabanya terkait pandangan Sutan
                Takdir  tentang  periodisasi  sejarah  Indonesia.  Menurutnya,  Sutan  Takdir
                tidak  dapat  dengan  kuat  menunjukan  kenyataan  bahwa  sejarah  adalah
                rangkaian  waktu  yang  timbul  dari  zaman  sebelumnya;  manusia  tidak
                                                                  17
                mampu  menciptakan  kekinian  yang  baru  sama  sekali.   Sanusi  Pane  juga
                berbeda  pendapat  dengan  pernyataan  Sutan  Takdir  yang  mengatakan
                bahwa  masa  pra-sejarah  Indonesia  bukanlah  kelanjutan  dari  sejarah  baru
                Indonesia. Sanusi Pane menulis :
                        Tuan  Sutan  Takdir  Alisjahbana  menyebut  bahwa  dalam  zaman
                        Majapahit,  Diponegoro,  dan  Teungku  Umar,  belum  ada
                        keindonesiaan.

                        Pikiran  ini  kurang  benar  menurut  pendapat  kami.  Keindonesiaan
                        pada  waktu  itu  pun sudah  ada,  keindonesiaan  dalam  adat,  dalam
                        seni.  Hanya  bangsa  Indonesia  belum  muncul,  orang  Indonesia
                        belum sadar bahwa mereka sebangsa. Sungguh boleh disebut ada
                        imperialisme  Sriwijaya,  Majapahit,  Mataram,  tetapi  hal  itu  tidak
                        bertentangan  dengan  keindonesiaan.  Di  Belanda  pun  ada
                        pertentangan, ada hegemoni daerah (lebih) dulu, tetapi siapa dapat
                        menyangkal bahwa kebangsaan Belanda yang sekarang pada waktu
                        itu sudah ada dan hanya menanti pengakuan dan wujud?

                        Kebangsaan  Indonesia  sudah  ada  semenjak  dulu  kala.  Sekarang
                        dirasakan dan diwujudkan.




                                                                                 87
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104