Page 107 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 107

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA


                itu  meragukan  mengenai  konsep  pendidikan  pesantren  yang  diusung
                Soetomo.  Ia  kemudian  mengambil  contoh  bahwa  berbagai  tokoh  besar
                banyak  yang  dilahirkan  dari  sekolah-sekolah  Barat,  di  antaranya  Sukarno
                dan  Cipto  Mangoenkusumo.  Soetomo  kemudian  menjawab  bahwa
                Soekarno, Cipto Mangoenkusumo, dan Dr. Satiman hanya kebetulan lulusan
                pendidikan  Barat.  Menurut  Soetomo  mereka  adalah  lulusan  pendidikan
                Barat yang keliru.
                       Sutan  Takdir  sebenarnya  tidak  terlalu  tertarik  dengan  perdebatan
                ini, karena dinialinya sebagai pertentangan pribadi antara Soetomo dan Dr.
                Satiman. Namun, dalam esai ini Sutan Takdir ingin memberikan penjelasan
                mengenai  perbandingan  antara  didikan  Barat  dengan  didikan  pesantren.
                Soetomo sangat memuji semangat persatuan yang ditanamkan oleh didikan
                pesantren  di  mana  sifat  egaliter,  persatuan,  dan  kelembutan  sangat
                dijunjung tinggi. Namun, menurut Sutan Takdir, dalam pendidikan seperti
                ini  siswa  tidak  dituntut  untuk  berfikir  dinamis  dan  cenderung  hanya
                bergantung  pada  pemikiran  sang  kiai,  sehingga  daya  saing  antara  siswa
                sangatlah kurang. Sutan Takdir kemudian mengatakan bahwa :


                        Agaknya  tidak  berlebihan  jika  saya  berkata  bahwa  semangat
                        persatuan  yang  berpusat  pada  kiai  dan  pesantrenlah  yang
                        menyebabkan jatuhnya bangsa kita.

                        Ketika dari seberang lautan datang bangsa yang hidup individunya,
                        yang  biasa  bekerja,  berpikir,  dan  berjuang,  maka  bangsa  kita  tak
                        mampu memperhatikannya.

                        Sebabnya  semangat  persatuan  yang  lemah  lembut  dan  idealis  itu
                        hanya tidak berbahaya bagi suatu bangsa. Namun, apabila bangsa
                        itu bertemu dengan bangsa yang anggotanya aktif, yang di antara
                        sesamanya  biasa  mati-matian  saling  bersaing  dan  berjuang,  akan
                        celakalah  nasib  bangsa  yang  tampaknya  amat  indah  persatuan
                                         30
                        masyarakatnya itu.


                       Lebih  lanjut,  menurut  Sutan  Takdir,  persatuan  yang  diusung
                pesantren  sangatlah  lemah,  karena  hanya  bertumpu  pada  satu  tokoh
                sentral  saja.  Memang  dengan  didikan  Barat  tidak  bisa  sepenuhnya
                mengharapkan lulusalnnya dapat menjadi pahlawan atau  pembaharu.



                                                                                 95
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112