Page 118 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 118
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
2.5. Dr. Soetomo dan Gagasan Pendidikan Pekerti Timur
Soetomo adalah salah seorang dari sekian banyak tokoh intelektual
pribumi Jawa yang muncul pada masa pergerakan. Bahkan ia kerap
digadang-gadang sebagai bapak pergerakan nasional. Meskipun
berprofesi sebagai dokter, namun jiwa humanisnya telah
menyeretnya ke dalam kancah pergerakan nasional. Ia sering disebut
sebagai tokoh sentral pergerakan nasional yang ikut andil dalam
membentuk corak kehidupan bangsa Indonesia.
Membahas kisah hidup dan peran Soetomo sering kali
dikaitkan dengan Budi Utomo. Padahal, dirinya tidak lama
mengabdikan diri dalam organisasi tersebut, dan tidak juga terlalu
banyak bersumbangsih pemikiran. Perjalanan karir politiknya
sebenarnya baru dimulai saat ia pulang dari Belanda dan mendirikan
Studie Club di Surabaya pada tahun 1924. Selanjutnya, ia terus
berkecimpung dalam dunia sosial-politik, di samping profesinya
sebagai dokter. Tidak sampai di situ, Soetomo juga turut meramaikan
kancah pendidikan dan kebudayaan pada tahun 1930-1935-an. Hal ini
bisa kita lihat mengenai “perang pemikiran” antara Sutan Takdir
Alisjahbana dengan Soetomo dalam surat kabar Pujangga Baru dan
Suara Umum. Perang pemikiran menyangkut kebudayaan ini
kemudian dikenal sebagai “polemik kebudayaan”.
Sebagaimana akan dibahas nanti, kiprah Soetomo telah
memberikan corak baru bagi pertumbuhan semangat kebangsaan
Indonesia dalam berbagai aspek. Beberapa gagasan mengenai dasar
pembentukan bangsa telah dirumusakan oleh beberapa kalangan.
Contohnya adalah Tjokroaminoto, yang menjadikan Islam sebagai
gagasan utama dan dasar perjuangannya. Sementara nasionalisme
Jawa-Madura diusung oleh para golongan tua di Budi Utomo.
Begitupun dengan Soetomo yang mengusung nasionalisme-demokrat
sebagai gagasannya. Maka, kala Budi Utomo masih sibuk hanya
mengurusi urusan Jawa dan Madura, Soetomo sudah mencoba
merumuskan sebuah konsep kebangsaan yang lebih luas lebih dari
sekedar Jawa dan Madura, yakni nasional. Selain itu, Gagasannya
106