Page 149 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 149
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
Mei hingga 2 Juni 1945, Yamin—bersama delapan orang lain sesama
anggota BPUPKI—diangkat menjadi salah seorang yang betugas
merumuskan kembali pokok-pokok pidato Sukarno, yang
disampaikan pada 1 Juni 1945. Dan istlah “sila” yang
dikemukakannya dalam pidato tersebut, yang kemudian menjadi
tanggal lahirnya Pancasila sebagai dasar negera Indonesia, diberikan
80
oleh Yamin, yang saat itu disebut Sukarno sebagai ahi bahasa.
Keterlibatan Yamin d BPUPKI memang tidak berlanjut.
Namun, pegalaman tersebut telah membuatanya memiliki hubungan
dekat dengan Sukarno. Karena itu, meski sempat di luar
pemerintahan dan bergabung dengan kelompok berhaluan keras di
bawah pimpinan Tan Malaka—bahkan sempat dipenjara dengan
tuduhan gerakan makar—Yamin pada akhirnya dipercaya Sukarno
untuk mengemban tugas penting. Pada 1948, Yamin diangkat sebagai
perwakilan RI dalam Perundingan Meja Bundar (KMB) di Den Haag,
Belanda, ketika dia duduk sebagai pantia bidang ketatanegaraan dan
kebudayaan. Tugas ini telah memberi dampak besar bagi karir Yamin,
yang Sukarno semakin memberi kesempatan untuk terlibat dalam
81
urusan pemerintahan.
Hubungan Yamin dengan Sukarno ini terus berlanjut. Juga
berkat kontribusinya yang besar dalam KMB, maka kehadirannya di
pentas politik nasionak semakin kuat. Karena itu, saat pembentukan
Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3 April 1952), Yamin diangkat
sebagai Menteri Kehakiman. Jabatan menteri juga didudukinya masa
Kabinet Kabinet Ali Sastroamidjoyo (1953-1955) di mana Yamin
82
menjadi Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan. Posisi
kementerian terus dijabat Yamin ketika Indonesia memasuki
Demokrasi Terpimpin. Bahkan, Yamin menduduki posisi penting
dalam Dewan Nasional pimpinan Sukarno, yang bertugas memberi
nasehat kepada kabinet. Dengan posisi ini, Yamin menjadi salah
seorang utama pendukung Sukarno dalam melaksanakan Demokrasi
Terpimpin.
Demikianlah, pada saat Kabinet Kerja I dibentuk, Yamin
diangkat sebagai Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960),
137