Page 98 - Filsafat Ilmu dan Rekonstruksi Teori - Syarifuddin
P. 98
pendidikan kejuruan. Sebagai sebuah contoh SMK di suatu kabupaten di Bali sulit
sekali mendapat siswa dalam kompetensi keahlian kerajinan karena masyarakat
disekitarnya sudah bergeser pandangannya dari bekerja menjadi perajin ukir, lukis,
patung ke pekerjaan kapal pesiar yang lebih bergengsi dan lebih banyak memberi
penghasilan rupiah. Walaupun bisnis kerajinan di Bali sangat tinggi transaksinya,
tetap saja masyarakat Bali kurang berminat menyekolahkan anaknya di kompetensi
keahlian kerajinan karena pengrajin dianggap kurang beken. Demikian juga
pandangan masyarakat terhadap tenaga dan tukang bangunan yang tidak
menguntungkan bagi SMK kompetensi keahlian bangunan gedung. Masyarakat
kurang berminat menyekolahkan anaknya pada kompetensi keahlian bangunan
sederhana karena pekerjaan bangunan dianggap pekerjaan kasar, padahal
lapangan kerja dalam bidang bangunan tersedia sangat besar dan luas.
Untuk mengatasi permasalahan semacam ini perlu diakukan upaya-upaya
strategis dan logis untuk mendudukkan pandangan masyarakat pada suatu
pekerjaan. Misalnya memberi pakaian seragam kerja pada tukang bangunan
sehingga anak-anak menjadi tertarik dan mau memilih kompetensi keahlian
bangunan sederhana sebagai tempat untuk berlatih. Yang penting juga harus
diperhatikan adalah nilai imbalan atau gaji yang didapat arus sesuai dengan beban
kerja yang diterima. Pendidikan kejuruan dan vokasi mensyaratkan setiap orang
harus belajar bekerja sebab setiap orang harus memiliki pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Bekerja dan berpenghasilan adalah rahmat dan berkah bagi
keluarga sedangkan menganggur adalah beban dan celaka bagi keluarga.
Pendidikan kejuruan dan vokasi harus mampu mendorong masyarakat
meningkatkan berkah kehidupannya sebagai rahmat dari Tuhan Yang Mahaesa.
Bekerja secara tekun dan terus menerus sebagai kewajiban bagi setiap orang.
Pendidikan kejuruan dan vokasi harus dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomis.
Pendidikan kejuruan dan vokasi secara ekonomis efisien jika menyiapkan
peserta didik untuk pekerjaan spesifik dalam masyarakat berdasarkan kebutuhan
tenaga kerja. Pendidikan kejuruan dan vokasi disebut baik jika menyiapkan peserta
didik untuk pekerjaan nyata yang eksis di masyarakat dan mereka menginginkan.
Pendidikan kejuruan dan vokasi efisien jika menjamin penyediaan tenaga kerja
untuk satu bidang pekerjaan. Pendidikan kejuruan dan vokasi efektif harus terkait
dengan pasar kerja. Pendidikan kejuruan dan vokasi harus direncanakan
berdasarkan prediksi pasar kerja (Pavlova, M., 2009). Pendidikan kejuruan dan
vokasi efisien jika peserta didik mendapatkan pekerjaan pada bidang yang mereka
ikuti. Asumsi pendidikan kejuruan dan vokasi dari Thompson validitasnya sangat
baik karena bisa diterima di berbagai negara. Indonesia yang baru mendorong
87