Page 57 - Bismillah Bahan Ajar Bu Ernawati
P. 57
53
Cicci’ : “Iyye’ puang, tunggu sebentar, Cicci’ sedang melipat
pakaian”!
Puang To’dang : “Puang bilang kesini Cicci’, cepat”!
Cicci’ : “Ada apa puang!! Apa gerangan sehingga puang memanggil
ananda, apa ada yang hendak ingin di sampaikan kepada
cicci”?
Puang To’dang : “Itu… laki-laki yang selama ini kamu kagum-kagumkan”.
Cicci’ : “Maksud puang…”?
Puang To’dang : “Siapa lagi kalau bukan Kaco Kandeq”?
Cicci’ : “Memangnya ada apa dengan i Kaco puang”?
Puang To’dang : “Ada apa, ada apa…! Keluarga mereka telah mempermalukan
keluarga kita mepasiri’”!!
Cicci’ : “Mepasiri’ ananda semakin tidak mengerti dengan
pembicaraan puang”.
Puang Bora : “Saatnya engkau mengerti bahwa selama ini, keluarga mereka
menganggap keluarga kita keluarga rendahan, padahal kita
juga keturunan ningrat mahiya puang…! Dan kalau di hitung-
hitung kita lebih tinggi derajatnya dari pada mereka”!
(masuk sambil membawa secangkir kopi).
Cicci’ : “Puang..! Apa buktinya kalau keluarga mereka menganggap
kita keluarga rendahan”?
Puang To’dang : “Tidak usah kamu mencari bukti, keluarga kita di beri peputiq
cina sebanyak 2 buah, itu sama saja dengan penghinaan!!
padahal seharusnya mereka harus membawakan kita sebanyak
3 buah menurut derajatnya”
Cicci’ : “Artinya kakanda Kaco kende melamar Cicci’, tapi di tolak
hanya karna peputiq cina? Apa yang menjadi kelebihan
Peputiq Cina hanya sehelai kain saja”!
Puang Bora’ : “Rupanya kamu sudah berani angkat bicara, sejak kapan kamu
berani mengajari tentang adat budaya, apakah kamu juga akan
mempermalukan keluarga ningrat yang terhormat ini”?
Cicci’ : “Tidak puang, sama sekali cicci’ tidak berhasrat
mempermalukan keluarga, tapi apakah karna derajat tradisi
sehingga perkawinan ini di batalkan, apakah ada penilaian
khusus di mata sang pencipta”?
Puang To’dang : “Cicci’ sekali lagi kamu angkat bicara, maka tangan ini akan
melayang, tak peduli kamu anak satu-satu-Nya. Dan 1hal yang
perlu kamu cam kan, kalau kamu masih berhubungan denga
kaco kande’, maka aku tak punya anak lagi yang bernama
cicci’”.
Cicci’ tak tahan lagi mendengarkan kata-kata puang-nya yang amat menyakitkan
hati, cicci’ berlari dengan sejuta kekesalan.
Puang Bora’ : “Cicci’, mau kemana kau nak”?
Adegan 2
Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar
53