Page 58 - Bismillah Bahan Ajar Bu Ernawati
P. 58

54







                       Diolo’ pa’ pura mai ana disanggi lita’ mandar lita mapaccing lita peluluareang!!
                       Bahkan di abadikan dalam lagu-lagu sebagai bukti bahwa tanah mandar akan cinta
                       dengan persahabatan.

                       Kaco Kende’       :  “Eh maio dolo”!
                       Anak              :  “Apa puang…...” ?
                       Kaco Kende’       :  “Mutau cicci toh? Kasi ini surat e”
                       Anak              :  “Beres puang tapi ini dulu dong”
                       Kaco Kende’       :  “Masih kecil sudah tau sogok menyogok”
                       Anak              :  “Hore……. Hore…… pokoknya beres”.
                       Kaco Kende’       :  “Beres yang bagaimana….” ?
                       Anak              :  “Pokoknya beres deh, tapi ini nya lagi dong……”

                       Kaco kende memberikan uang keringanan kepada anak itu lalu anak itu membisikan
                       (kasian deeeh looooo). Di sisi lain, Cicci’ tidak sabaran menunggu di ruang tamu,
                       menunggu sang kekasih.

                       Cicci’            :  “Masuk, bapak ibu tidak ada di rumah”.
                       Kaco/cicci’       :   Ingin berpelukan!! Tapi di lerai ba’dulu.
                       Ba’du Samang      :  “Eeeeeh belum saatnya, tania muhrim”.
                       Cicci’            :  “Kalian ada-ada saja” (sambil memukul kedua teman nya.)
                       Kaco kende’       :  “Cicci’!! mengapa jadi begini mengapa hanya tradisi peputiq
                                            cina sehingga cinta kita kandas di tengah jalan”.
                       Cicci’            :  “Kaco’ itu tak kan terjadi. Aku juga tak habis pikir. Aku juga
                                            sudah  tak  tahan  dengan  penderitaan  seperti  ini,  bawah  aku
                                            pergi ke ujung dunia sekalian”
                       Kaco Kende’       :  “Cicci’!! apakah engkau sudah memekirkan akibatnya kalau
                                            kita ambil jalan pintas”?
                       Cicci’            :  “Semuanya  sudah  ku  pikirkan  matang-matang,  apapun
                                            resikonya akan kita hadapi bersama walaupun nyawa taruhan
                                            nya”.
                       Ba’du Samang      :  “Pecoai wandi dolo’ mi e’”.
                       Kaco Kende’       :  “Jadi apakah penyelesaiannya kita harus kawin lari, sipalaiang
                                            atau……………….”?!
                       Cicci’            :  “Atau apa……………!! Langkah ini  sudah sewajarnya kita
                                            tempuh, kitakan berusaha menempuh jalan yang terbaik, tapi
                                            karna hanya peputiq cina lah yang menjadi penghalangnya”
                       Puang To’dang     :  “Cicci’ buka pintu……………..!”
                       Cicci’            :  “Tunggu apalagi kita harus lari sekarang juga, cepat kaco”.
                       Ba’dulu           :  “Bagaimana ini kaco’..”??
                       Kaco Kende’       :  “Yah  apa  boleh  buat.  mua’  kindo  tammelorang  kama’
                                            tammeturu ara’ tammepatuangan besomi dai’ elo pua puatta”.
                       Ba’du Samang      :  “Cepat Kaco” (berlari)
                       Puang Bora’       :  “Masiri’ mi tau Puang, Cicci telah minggat dari rumah”
                       Puang To’dang     :  “Nanaeke aluppas mepasiri’, kemana pun engkau, kamu tak
                                            kan lepas dari kejaranku”.




                                             Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar
                                                                                                                54
   53   54   55   56   57   58   59   60   61