Page 54 - Bismillah Bahan Ajar Bu Ernawati
P. 54
50
Puang Cazdia : “Kalian tak usah bertengkar dan saling menuduh mencurigai
hal-hal yang belum tentu kebenarannya persoalan kauseng saya
telah memutuskannya dan saya tak akan mencabutnya kembali
(Puang Cazdia berpaling menguatkan hati anaknya) anakku
siapapun ibu di dunia ini ini tak akan ada yang ingin kehilangan
anaknya tapi ini sudah suratan takdir dengan rela saya harus
menyerahkan mu kepada yang kehendak hukum anakku kita
bisa kehilangan segala-galanya tapi kita tidak bisa kehilangan
kehormatan dan nama baik karena itulah yang akan abadi dan
bisa kita wariskan kepada generasi berikutnya”.
Ka'useng : “Tapi buang aku tidak ingin meninggalkanmu Tolong
selamatkan saya”! (Ka'useng menangis).
Puang Gamma : “Anakku saya telah memperjuangkan mu tapi hukum di atas
segala-galanya kita pun tak bisa luput dari tuntutan hukum adat
di daerah ini”.
Puang Cazdia : “Kalian bersiaplah untuk melakukannya dan engkau anakku
berbaringlah di atas pangkuanku sebagai pangkuan yang
terakhir“!
(Dengan kesadaran hukum adat yang tinggi tiba-tiba tegar
hatinya menerima kenyataan yang dihadapinya dan bersiap
untuk dihukum).
Ka'useng : “Demi Ibunda yang agung sifatnya, mulia hatinya, teguh
pendiriannya, lembut kasih sayangnya, rela menampung
seluruh penderitaannya, teguh keputusannya, dan adil
kebijaksanaannya aku rela menebus dosaku..! (melangkah ke
arah ayahnya sambil memeluknya erat).
Puang Gamma : “Anakku.. anakku.. anakku..! (semakin lemah suaranya dan dan
meneteskan air mata).
Ka'useng : “Selamat tinggal Puang..”!
Ka'useng menuju ke pangkuan ibunya lalu berbaring Puang Cazdia memberi
isyarat kepada warga untuk melakukan hukuman terhadap Ka'useng, warga saling
memandang dan bergerak
Koor Warga : “Atas nama hukum sebagai warisan leluhur yang telah
disepakati bersama kami melakukannya”.
Warga secara bersama menusukkan tombak ke perut keroyok dan bersimbah darah
sejenak menahan perih kemudian nyawanya lepas.
Ka'useng meninggal di pangkuan ibunya, Puang Cazdia menatap anaknya yang tak
bernyawa lalu mengusap mukanya walaupun hatinya tercabik-cabik dan perih
menahan sakit namun tetap berusaha tegar.
Puang Cazdia : Semoga engkau anakku hidupmu damai di alam sana"!
Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar
50