Page 10 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 10
sebagai hiasan di dekat sarangnya. Pada saat menggigit
kalung dengan paruhnya, pijakan kakinya hampir saja
oleng dari dahan pohon sehingga kalung masuk di lingkar
batang lehernya. Dena merasa aneh, tetapi kemudian ia
membayangkan semua makhluk di hutan akan mudah
mengenalinya, dan terkagum dengan kilauan dari kalung
itu, sehingga ia selalu memakainya kemana-mana.
Berminggu-minggu kemudian, di suatu sore, ia
melakukan pertemuan rutinnya dengan si Alo.
2
“Ee Dena, ma'anu-'anu kamagi apumu . Boleh saya
pinjam sebentar sekali saja?” tanya si Alo.
3
4
“Ee Alo, maya . Tapi endo bolili ,” jawab Dena sambil
mempersilakan si Alo mengambil kalung di lehernya
untuk dikenakannya. Si Alo merasa sangat senang dan
melompat sesekali diikuti ayunan kalung emas itu yang
berkilau ketika diterpa cahaya matahari senja.
5
“Naile saya kasih kembali ee,” kata si Alo. Meski pada
awalnya keberatan, Dena berpikir bahwa si Alo selalu
bertemu dengannya di dahan pohon Taipa tersebut, dan
mereka tidak pernah bermasalah.
Ternyata keesokan sorenya, si Alo tidak muncul. Dena
mulai gelisah.
2 Cantik sekali kalungmu
3 Boleh
4 Ingat kembalikan
5 Besok
6