Page 11 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 11

Keesokan  harinya  lagi,  ketika  Dena  dan  kelompoknya
               sedang  berburu  bulir  padi  di  sawah,  ia  melihat  si  Alo
                                                    6
               bertengger  di  dahan  pohon  Nanaka   dikerumuni  oleh
               beberapa ekor burung lainnya.
                                                  7
               “Ee  Alo,  impia  komi  napapewalili ?”  tanya  Dena  dari
               kejauhan.

                                            8
               “Naile.  Jangan  komi  sengke   ee,”  jawab  si  Alo.  Dena
               hanya  bisa  menahan  dirinya  dari  kesal,  sambil  fokus
               menemani  kelompoknya  mengumpulkan  makanan.
               Sorenya si Alo juga tidak muncul di dahan Taipa, tanpa
               memberi kabar.
               Keesokan  harinya,  si  Alo  sedang  terbang  mengitari
               sawah,  menyombongkan  kalung  emas  yang  terlihat
               berkilau diterpa cahaya matahari siang, disaksikan oleh
               bangsa  burung  lainnya.  Dena  yang  kebetulan  terbang
               melewati tempat itu tidak kuasa menahan kemarahannya.
               Ia terbang menyambar si Alo hingga keduanya berdiri di
               atas tanah sawah yang berlumpur.
                             9
                                                10
               “Kalopu-lopu !    Lalo  ncinaruku !”  kata  Dena  dengan
               kecewa.
               “Ee Dena, apa maksudmu?” balas si Alo seolah tidak tahu.
               Karena terlampau marah, Dena naik pitam dan menampar


               6  Pohon Nangka
               7  Kapan kamu kembalikan
               8  Kamu marah
               9  Pembohong
               10  Saya kecewa, hilang kepercayaanku

                                                                     7
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16