Page 178 - Toponim Magelang
P. 178

166         Toponim Kota Magelang












                                itu menggambarkan dimulainya proses kehidupan dengan berinteraksinya semua unsur
                                alam yang disebut Pancamahabhuta.
                                                              114
                                Dari gunungan  sebagai lambang  ekosistem, lagi-lagi kita belajar  mengenai unsur
                                alam. Ada gambar pintu gerbang melambangkan  batas antara  alam  dunia  dengan
                                alam adikodrati, disebut kahyangan. Gambar rumah merupakan tempat para dewa di
                                kahyangan maupun ruang hunian manusia di bumi. Selanjutnya unsur pohon, dalam
                                tradisi Hindu yang kental mempengaruhi pemikiran manusia Jawa dimaknai sebagai
                                tempat roh-roh bersemayam. Sejatinya, pohon memberi kehidupan bagi manusia.
                                Antara lain, menghasilkan oksigen untuk pernapasan, sumber makanan dan memayungi
                                batok kepala.


                                Berikutnya, binatang harimau dan lembu di kiri kanan pohon menunjukkan
                                keseimbangan binatang buas dan binatang jinak. Lembu meringankan tugas petani,
                                memberi daging untuk dikonsumsi dan kotoran untuk pupuk. Masih ada lagi  kala
                                makara atau sohor disebut banaspati sebagai makhluk halus penjaga hutan, dan mitosnya
                                dirawat demi menakut-nakuti kepada siapapun yang hendak merusak ekologi hutan.
                                Nenek moyang orang Magelang tak pernah lelah mencekoki kawruh perihal gunung
                                melalui upacara ritual dan wayang yang dibungkus mitos supaya kita tidak abai pada
                                (pengetahuan) pegunungan, sekalipun ukurannya kecil dan mijil (menyendiri).

                                Dalam kehidupan sehari-hari, Gunung Mijil ini bisa juga mengingatkan warga Magelang
                                bahwa banyak gunung yang mengelilingi Kota Magelang bikin pemandangannya menjadi
                                indah. Tahun 1901, seorang missionaris bernama Van Den Heuvell mengatakan bahwa
                                daerah Magelang bagaikan wilayah yang berada di tengah permadani hijau yang abadi
                                terbentang di Pulau Jawa dengan dikelilingi pegunungan, seperti Sumbing, Merapi,
                                Sindoro, dan Merbabu. Tak ayal, Kota Magelang diganjar julukan “The Tuin van Java”. 115





                                114  Pelajari Woro Aryandini. Wayang dan Lingkungan. (Jakarta: Penerbit UI, 2002).
                                115  Baca Wahyu Setyaningsih. Perkembangan Infrastruktur Kota Magelang (1900-1942). Tesis. (S2
                                Sejarah, FIB: UGM Yogyakarta, 2014).
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183