Page 35 - Jalur Rempah.indd
P. 35
REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA 25
kehadiran Portugis secara formal dapat dikatakan telah berakhir dengan
penaklukkan tahun 1605, namun hingga saat ini warisan dari budaya yang
ditinggalkannya masih dapat ditemukan di Ambon dan Maluku secara
30
keseluruhan. Setelah menguasai Ambon VOC kemudian melakukan perluasan
wilayah pengaruhnya di Maluku. Dalam beberapa dekade selanjutnya upaya
monopoli perdagangan cengkeh yang dilakukan VOC di Maluku tidak berjalan
dengan lancar. Dalam periode itu VOC harus menghadapi para saingan dagang
dari Eropa, yaitu Portugis, Spanyol dan Inggris. Persaingan menjadi semakin
berat karena adanya penolakan monopoli perdagangan cengkeh oleh para
pedagang Ambon dan Jawa.
Perjanjian yang dibuat di awal kontak hubungan antara Belanda dan
Maluku yang dibicarakan dalam bagian sebelumnya dijadikan titik tolak oleh
VOC untuk menegakkan monopoli perdagangan cengkeh. Langkah awal yang
ditempuh VOC adalah memusatkan daerah produksi cengkeh ke pulau-pulau
yang ada di sekitar Ambon. Dengan langkah ini VOC bertujuan menghentikan
produksi dari daerah-daerah yang tidak mereka kuasai secara langsung
seperti di Maluku Utara dan Hoamoal. Langkah berikutnya adalah VOC
menjalankan berbagai institusi yang dapat digunakan untuk mengendalikan
produksi cengkeh di Maluku Tengah. Salah satu institusi yang digunakan
untuk melakukan pengawasan produksi cengkeh adalah Hongi Tochtend atau
“Pelayaran Hongi”. Pengendalian ketat terhadap produksi perlu dilakukan agar
pasokan cengkeh VOC ke pasar dunia dapat disesuaikan dengan permintaan
dalam tingkat harga yang mendatangkan keuntungan besar. 31
Secara garis besar ada beberapa cara yang dilakukan VOC untuk
menegakkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Pertama, di
Maluku Tengah dibangun suatu pemerintahan yang berpusat di Ambon untuk
melindungi dan mengatur perdagangan cengkeh yang hanya diproduksi di
pulau-pulau Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut, Kedua, daerah Kepulauan
Banda merupakan suatu pemerintahan tersendiri pula dengan pusatnya di
30 Berbagai pengaruh Portugis dalam masyarakat Ambon dan Maluku secara umum dibahas dalam Paramita R.
Abdurachman, Bunga Angin Portugis di Nusantara (Jakarta: Yayasan Obor, 2008), hlm. 114-161.
31 J.L. van Zanden, The Rise and Decline of Holland’s Economy: Merchant Capitalism and the Labor Market
(Manchester: Manchester University Press, 1993), hlm. 71.