Page 33 - Jalur Rempah.indd
P. 33
REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA 23
sekitarnya, sedangkan kerjaan Jailolo kekuasaannya ada di pulau Halmahera.
Pada abad ke-17 kekuasaan Jailolo semakin melemah dan wilayahnya
kemuadian dimasukkan ke dalam wilayah kerajaan Ternate maupun Tidore.
Orang Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang sampai ke Maluku. Pada
tahun 1511 Malaka, pusat perdagangan maritim terbesar di Nusantara, jatuh
ke tangan Portugis. Setahun kemudian sebuah ekspedisi dikirim oleh pimpinan
Portugis di Malaka Alfonso de Albuquerque untuk mecari jalan ke pulau
25
rempah-rempah. Ekspedisi ini berada di bawah pimpinan Antonio d’Abrue
dan Fransisco Serrao. Mereka melakukan perjalanan dengan menyusuri
pantai utara Jawa, singgah di Gresik, lalu terus ke Banda. Dari Banda sebagian
dari rombongan kembali ke Malaka dengan muatan pala sedangkan sebagian
lainnya mencari jalan ke Maluku Utara untuk membeli cengkeh. Setelah kapal
mereka sempat kandas di Pulau Penyu tidak jauh dari pantai Hitu, rombongan
ini pada akhirnya bisa mencapai Ternate. 26
Ketika orang-orang Portugis sampai di Maluku, kerajaan Ternate dan Tidore
sedang terlibat dalam persaingan untuk mendapatkan dominasi politik dan
penguasaan perdagangan rempah-rempah di daerah Maluku dan pulau-pulau
di Laut Banda. Bagi kedua kerajaan tersebut kehadiran bangsa Eropa berarti
kedatangan sekutu baru yang kuat yang dapat berguna dalam persaingan
27
mereka. Dalam persaingan ini Ternate akhirnya keluar sebagai pemenang
dengan memanfaatkan kekuatan Portugis di Maluku. Tidore harus menunggu
kedatangan orang Spanyol yang masuk melalui Filipina di tahun 1922 sebelum
dapat mengimbangi dominasi Ternate. Walaupun Portugis sejak semula
menghindari tindakan-tindakan yang dianggap sebagai sikap permusuhan
dengan para penguasa Maluku, namun dari awal tujuan kedatangan mereka
adalah untuk mendapatkan hak monopoli atas perdagangan rempah-rempah.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Meilink Roelofs, memang bukan maksud
Portugis untuk menguasai seluruh perdagangan antar pulau, melainkan cukup
25 Mengenai pengaruh Portugis di Maluku lihat Paramita R. Abdurachman, Bunga Angin Portugis di Nusantara
(Jakarta: Yayasan Obor, 2008), hlm. 114-161.
26 J. Keuning, Sejarah Ambon Sampai Pada Akhir Abad Ke-17 (Jakarta: Bhratara, 1973), hlm. 8.
27 Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku: Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2015), hlm. 211.