Page 29 - Jalur Rempah.indd
P. 29
REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA 19
Barat Sumatera telah menyebabkan terintegrasinya daerah ini ke dalam
jaringan perdagangan Islam di Asia. Proses pengintegrasian dapat dilihat dari
pengaruh Islam di daerah ini. Wilayah Sumatera Barat dan wilayah-wilayah
lainnya yang memproduksi lada di Indonesia merupakan daerah-daearah
yang penduduknya sebelum abad ke-16 mayoritas telah beragama Islam.
Penanaman lada menyebabkan penduduk di berbagai daerah produksi
mengalihkan kegiatan pertanian mereka dari tanaman pangan ke komoditi
ini. Di Jawa, khususnya di daerah Banten yang ada di ujung bagian barat
Pulau Jawa, penduduk melakukan penanaman lada ketika permintaan pasar
dunia terhadap lada meningkat. Meningkatnya permintaan akan memicu
kenaikan harga dan faktor ini menjadi stimulus bagi penduduk untuk
melakukan penanaman lada. Ketika permintaan meningkat penduduk Banten
mengalihkan kegiatan pertanian mereka menjadi penanaman lada, dan ketika
permintaan menurun mereka dengan cepat mengubah penanaman lada
menjadi pertanian tanaman pangan. Pengalihan kegiatan penanaman terjadi
beberapa kali pada abad ke-17, yaitu ketika Belanda melakukan blokade
terhadap Banten. Penduduk segera menghentikan penanaman lada dan mulai
menanam padi lagi. Bahkan ada di antara mereka yang menanam tebu, karena
tebu yang digiling dan dimasak menjadi gula laku dijual kepada para pedagang
Inggris yang ada di Banten. 19
Dalam perkembangannya penanaman lada tidak hanya diusahakan
oleh penduduk, tetapi juga oleh pihak kerajaan. Di Sumatera penanaman
lada berkembang di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh. Sepanjang abad
ke-17 penanaman lada menyebar ke bagian barat Pulau Sumatera bersama
dengan meluasnya kekuasaan Aceh di wilayah ini. Di Jawa, perkebunan
lada berkembang terutama di masa kekuasaan Kesultanan Banten. Wilayah
kekuasaan Banten meliputi wilayah ujung barat Pulau Jawa dan Lampung yang
berada di wilayah paling selatan Pulau Sumatera. Sementara itu di Kalimantan,
penanaman lada terutama berkembang di bagian selatan pulau ini di bawah
kekuasaan Kesultanan Banjar. Pengorganisasian penanaman lada oleh kerajaan-
19 Kegiatan pertanian di Banten di Abad ke-17 dibahas dalam Johan Talens, Een feodale samenleving in
koloniaal vaarwater: Staatsvorming. Koloniale expansie en economische onderontwikkelin in Banten, West
Java (1600-1750) (Hilversum: Verloren, 1999), hlm. 39-46.