Page 26 - Jalur Rempah.indd
P. 26

16     REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA



              buah dan mengeluarkan biji pala sebagai kotoran. Selama periode kolonial,

              Belanda mengembangkan sistem penanaman pala yang didesain agar dapat
              menghasilkan  panenan  secara maksimal.  Hampir setiap  meter persegi dari
              tanah yang ada ditanami dengan pala. Pulau Lonthor, yang merupakan pulau
              terbesar, merupakan pulau yang paling banyak menghasilkan pala diikuti oleh
              Pulau Ai, Run, Neira dan Rosengain.


                 Sejak pertengahan abad ke-20 pala dan fuli tidak lagi diproduksi di Banda
              dalam jumlah yang besar. Perubahan ini disebabkan karena tingginya biaya
              transportasi dari Banda, turunnya harga pala di pasaran dunia, dan munculnya
              daerah-daerah produksi baru seperti Granada di Kepulauan Karibia. Pohon
              pala  di Kepulauan  Banda  telah  ditebangi dan diganti dengan tanaman
              pangan. Masa depan dari kegiatan penanaman pala di Kepulauan Banda saat
              ini menjadi satu  pertanyaan besar. Keberlanjutan  budidaya pala  berkaitan

              dengan  meningkatnya  perhatian  pemerintah dan  masyarakat  Indonesia
              terhadap masalah  ekonomi, kelestarian  lingkungan,  dan juga  kepemilikan
              tanah. Sebagian besar kepemilikan tanah di Kepulauan Banda saat ini berada
              di tangan pemerintah Indonesia.



              B.2 PENGORGANISASIAN PRODUKSI


                 Secara geografis wilayah penghasil rempah-rempah di Indonesia dapat
              dibagi dalam dua daerah produksi. Daerah pertama adalah Indonesia bagian
              barat, terutama Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang menghasilkan lada,

              dan  daerah Indonesia bagian  timur,  yaitu  Kepulauan  Maluku  dan Kepulauan
              Banda, yang menghasilkan cengkeh dan pala. Wilayah-wilayah yang menjadi
              daerah produksi rempah-rempah merupakan tempat-tempat yang paling banyak
              berinteraksi dengan para pedagang yang berasal dari berbagai wilayah di Asia
              dan kemudian Eropa. Intensifnya interaksi yang terjadi memunculkan kebutuhan
              untuk mengorganisir perdagangan rempah-rempah secara lebih baik. Hal ini yang
              menjelaskan munculnya kerajaan-kerajaan lokal di dearah produksi rempah-
              rempah. Kerajaan-kerajaan tersebut didirikan untuk mewadahi kepentingan
              politik dan tentu saja juga untuk kepentingan ekonomi. Dalam hal yang terakhir
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31