Page 27 - Jalur Rempah.indd
P. 27

REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA  17



               khususnya untuk mengelola perdagangan rempah-rempah.


                   Secara umum seluruh wilayah Kepulauan Indonesia dalam periode kurun
               niaga, abad ke-15 sampai 17, tidak hanya menghasilkan komoditi rempah-
               rempah tetapi juga komoditi-komoditi lainnya seperti beras dan kayu manis
               dari Jawa,  timah  dan  emas dari Sumatera,  dan  kayu  cendana  dari Timor.
               Beras dari Jawa terutama diperdagangkan dalam perdagangan maritim antar

               pulau  di  internal  kepulauan Indonesia.  Kayu  manis meskipun merupakan
               salah satu komoditi yang paling diminati dalam perdagangan internasional
               namun  daerah produksi utamanya  adalah  di Sri Langka.  Timah dan emas
               terutama  diperdagangkan dalam perdagangan intra-Asia. Demikian juga
               dengan kayu cendana yang diproduksi terutama untuk memenuhi kebutuhan
               pasar Asia. Dengan demikian, komoditi unggulan yang diproduksi kepulauan
               Indonesia dan diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia dan

               Eropa adalah rempah-rempah. Karena permintaan terhadap rempah-rempah
               terutama datang dari pasaran Eropa dan wilayah-wilayah di Asia yang jauh
               dari Indonesia menyebabkan harga rempah-rempah menjadi tinggi. Karena
               itulah  rempah-rempah  menjadi komoditi  yang paling banyak  dicari  oleh
               bangsa-bangsa yang datang ke Kepulauan Indonesia.



               B.2.A PENANAMAN LADA

                   Meskipun lada telah menjadi item perdagangan antara dunia Barat dan
               Timur  sejak awal  abad masehi,   namun  penanaman lada  menjadi sangat
               populer di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan sejak abad ke-14 Masehi.
               Pedir  atau  Pidie dan Pasai merupakan  kerajaan-kerajaan  pertama  di Aceh

               yang  ekonominya bergantung  pada  perdagangan  lada. Pada abad  ke-16
               muncul dua kerajaan di Jawa dan Sumatera yang ekonominya bayak bertumpu
                                                                  17
               pada komoditi lada, yaitu Kesultanan Aceh dan Banten.  Pada abad yang sama
               sumber Belanda menyatakan bahwa di Kalimantan lada telah diperdagangkan
               secara komersial.  Hasil penanaman lada di Kalimantan Selatan dikumpulkan
               di Banjarmasin untuk diperdagangkan.

               17  Robert Cribb dan Audrey Kahin, Historical Dictionary of Indonesia (Lanham, Scarecrow Press, 2004), hlm.
                   337.
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32