Page 45 - Jalur Rempah.indd
P. 45

REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA  35



               rempah intra Kepulauan Indonesia sepanjang abad ke-15 semua bermuara

               ke Malaka. Jalur untuk cengkeh dan pala adalah dari Kepulauan Maluku dan
               Banda ke Makassar, Pantai Utara Jawa, dan berakhir di Malaka. Sementara
               jalur  perdagangan lada  ialah dari  daerah  Banten  dan Lampung ke Malaka,
               serta pantai barat Sumatera dan Aceh ke Malaka.

                   Jaringan perdagangan ini merupakan  salah satu  jaringan perdagangan

               terbesar  di  dunia pada Abad 16.  Kunci bagi keberhasilan Malaka  sebagai
               emporium  bukanlah  karena kota  pelabuhan  ini merupakan  pelabuhan
               yang  terbaik, tetapi  lebih karena  kebijakan-kebijakan penguasanya  yang
               berhasil membentuk suatu komunitas internasional kaum pedagang dengan
               memberlakukan  kebijakan  perdagangan  yang  bisa menguntungkan  semua
               orang. Jalur perdagangan  rempah-rempah yang  berpusat  di Malaka  dapat
               berlangsung  dan berkembang  karena  kerajaan  ini menerapkan  kebijakan

               perdagangan yang terbuka seperti yang dapat ditemukan di dalam Undang-
                              37
               Undang Malaka.  Lebih jauh lagi, angkatan laut Malaka secara militer juga
               mampu  menjamin keamanan  kegiatan  perdagangan  di seputar selat  yang
               dinamai sama seperti nama kerajaan tersebut.



               D. MUNCULNYA KOTA-KOTA PELABUHAN BARU


                   Perubahan mendasar  terhadap jalur  perdagangan  rempah di  Kepulaun
               Nusantara terjadi pada tahun 1511, yaitu ketika Portugis berhasil merebut
               Malaka  dan menjadikan  kota  pelabuhan  ini sebagai koloninya.  Dengan

               jatuhnya Malaka ke tangan Portugis maka berakhir pulalah jalur perdagangan
               rempah-rempah  yang berpusat  di  Malaka.  Jatuhnya  emporium  Malaka
               ke  tangan  kekuatan  non muslim  yang  bersikap  bermusuhan  dengan para
               pedagang Islam menyebabkan pihak yang terakhir mencari kota-kota dagang
               lain yang bisa dijadikan tempat kegiatan perdagangan. Faktor tersebut yang
               menjelaskan mengapa sejak awal abad ke-16 muncul pusat-pusat perdagangan
               baru di Kepulauan Indonesia untuk menggantikan Malaka. Sejak saat itu fungsi

               37  Salah satu kajian tentang Undang-Undang Malaka ialah Liaw Yock Fang, undang-Undang Malaka (The
                   Hague: Martinus Nijhoff, 1976).
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50