Page 48 - Jalur Rempah.indd
P. 48
38 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
D.1 ACEH
Ketika Portugis merebut Malaka, Aceh masih merupakan kerajaan kecil
yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Pidie. Kejatuhan Malaka ke tangan
bangsa Eropa menyebabkan kerajaan Aceh menemukan momentum untuk
menjadi salah satu emporium baru yang menjadi pusat perdagangan lada
bagi para pedagang Islam. Di bawah kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah
(1514-1528) Aceh muncul sebagai kekuatan yang menjalin kerjasama dengan
berbagai kerajaan Islam seperti Johor di Semenanjung Malaya, Minangkabau
39
di Sumatera Barat, dan Jepara di Pantai Utara Jawa. Aceh mencapai masa
puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-
1638). Dalam masa pemerintahannya wilayah penanaman lada di Sumatera
meluas ke sebagian besar pantai barat Sumatera. Dengan bertambahnya
daerah produksi lada, Aceh berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan
lada di Asia Tenggara.
Di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda Kesultanan Aceh mengalami
perkembangan pesat secara politik dan ekonomi. Wilayah kesultanan ini
semakin meluas, mencakup seluruh bagian ujung utara pulau Sumatera, bagian
timur pantai Sumatera, dan sebagian dari pantai barat. Kebijakan politik
Iskandar Muda yang ekspansif telah menjadikan Aceh kesultanan terbesar
di Selat Malaka dan Pulau Sumatera. Pesaing Aceh yang berarti dalam dunia
41
40
perdagangan maritim di Nusantara bagian barat adalah Banten dan VOC.
Kecenderungan Aceh yang ekspansif berakhir bersama dengan meninggalnya
Sultan Iskandar Muda pada tahun 1636. Di bawah pemerintahan para sultanah,
Aceh menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih moderat, dalam arti
mengedepankan diplomasi dan hubungan baik dengan negara dan kerajaan
lain untuk mencapai kepentingannya. Selama masa pemerintahan sultanah
kekuatan perang dan persenjataan Aceh tidak mengalami perkembangan
39 Donald B. Freeman, The Straits of Malacca: Gateway or Gauntlet (Québec: McGill-Queen’s University
Press, 2003), hlm. 93.
40 Tentang perkembangan Banten sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan terpenting di ujung barat
Pulau Jawa lihat Johan Talens, Een feodale samenleving in koloniaal vaarwater: staatsvorming, koloniale
expansie en economische onderontwikkeling in Banten, West Java (1600-1750) (Hilversum: Verloren, 1999).
41 Kegiatan perdagangan VOC sepanjang abad ke-17 dan 18 dibahas secara mendalam oleh Els. M. Jacobs,
Merchant in Asia: The Trade of the Dutch East India Company during the Eighteenth Century (Leiden:
CNWS Publications, 2006).