Page 92 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 92
perkembangan rezim otoriter, konflik dan perang,
serta maraknya rasisme dan kebencian antar
kelompok. Di Afrika Barat, kelompok Boko Haram
menculiki anak-anak perempuan dari satu sekolah.
Di Suriah, serbuan ISIS (Negara Islam Irak dan
Suriah) menyebabkan orangtua menggendong
anak-anak dan bayi menyeberangi perbatasan dan
lautan – kelaparan dan kedinginan – untuk ditolak
di negara-negara “demokrasi”. Di negeri kita,
seorang gadis bernama Putri yang baru berusia
belasan tahun, membunuh dirinya karena malu.
Dia ditangkap polisi syariah ketika pulang larut
malam sehabis menonton pertunjukan publik di
lapangan ramai bersama teman-teman sekolah. Di
berbagai daerah, anak-anak perempuan yang baru
atau bahkan belum lepas haid dikawinkan dengan
berbagai alasan.
Kemiskinan, rendahnya pendidikan,
wawasan yang terbatas, membuat dunia untuk
anak perempuan menjadi terbatas. Ruang publik
– bahkan rumahnya sendiri, berpeluang menjadi
tidak aman. Di jalanan ia rentan dilecehkan, karena
penampilan – yang seringkali tidak dapat ditolaknya.
Perempuan dari kelompok minoritas mengalami
diskriminasi ganda, karena ia perempuan dan karena
ia berasal dari kelompok “yang salah”. Anak-anak
keluarga miskin terpaksa “dijual” atau menjual diri
untuk bertahan hidup. Bagaimana anak perempuan
di bawah umur harus menjadi seorang istri dan ibu
yang tahu akan hak dan mempunyai kemampuan
serta pengetahuan untuk mengatasi permasalahan
rumah tangganya? Ia rentan dari kekerasan rumah
tangga, oleh orang-orang terdekatnya sendiri.
92

