Page 71 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 71
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
rombongan penabuh gamelan yang telah diatur. Ki Ageng Mangir
berkenan menanggap dan setelah melihat kecantikan pemain puteri
tersebut ia jatuh cinta. Kemudian teledek tersebut dijadikan istrinya.
Setelah selang beberapa lama tahulah Ki Ageng Mangir bahwa
istrinya adalah putera musuhnya yaitu raja Mataram. Nasi telah
menjadi bubur. Ia bersama istrinya menghadap raja dengan maksud
menunjukkan kesetiaannya kepada raja. Sesampainya di istana, ia
menghadap dan menyembah raja. Pada waktu itulah raja
menghantamkan kepala Ki Ageng Mangir ke lantai dan wafatlah ia
(Sunoto, 1983).
Prabu Putri Dewi Suhita
Prabu Putri Dewi Suhita
Prabu Putri Dewi Suhita
9. 9. 9. 9. 9. Prabu Putri Dewi SuhitaPrabu Putri Dewi Suhita
Setelah Wikramawardhana meninggal dunia, maka dia
digantikan oleh seorang putri, Dewi Suhita. Seperti dikatakan di awal
bahwa putra mahkota meninggal dunia pada tahun 1409.
Wikramawardhana memang memiliki saudara laki-laki, yakni Bre
Tumapel. Akan tetapi, Suhita dianggap lebih pantas daripada Bre
Tumapel. Ibu Dewi Suhita adalah Bre Mataram, keturunan Wirabumi
dengan Negarawardhani. Dengan demikian, golongan Wirabumi
sangat bersenang hati. Mereka merasa mendapat kesempatan untuk
berkuasa di keraton. Dewi Suhita banyak mengambil punggawa dari
pengikut Wirabumi. Dendam politik ini muncul kembali sehingga
akhirnya, Raden Gadjah yang dahulu membunuh Wirabumi, pada
tahun 1433 mendapat balasannya hingga tewas. Balas-membalas
dendam ini rupanya membuat suasana Majapahit semakin kacau.
Dalam suasana demikian, bentangan tangan Majapahit tidak luas lagi.
Kekuasaan Majapahit semakin kecil dan angkatan laut Majapahit juga
mengecil jumlahnya.
Yang memerintah Majapahit setelah Wikramawardhana adalah
anak perempuannya yaitu Suhita (1429-1447), dimana ibunya adalah
anak dari Wirabhumi. Masa pemerintahannya ditandai berkuasanya
kembali anasir-anasir Indonesia, antara lain didirikannya berbagai
39 39