Page 209 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 209
198 BAB 4
Ada beberapa penilitian yang dijelaskan Holmes dalam
bukunya, dapat ditarik kesimpulan oleh pemakalah bahwa wanita
dapatdi bedakan berdasarkan kelas sosial yaitu tingkatan
pendidikan, pekerjaan dan latar belakang keluarga serta usia.
Maka wanita dengan kelas sosial tertentu cenderung menggunakan
bahasa yang lebih standar daripada laki–laki.
Usia dan Ciri Kualitas Bicara
Usia adalah salah satu faktor penentu utama
keanekaragaman bahasa. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
usia (sebagaimana halnya gender, kelas sosial, dan asal-usul
etnis) merupakan salah satu faktor penentu posisi seseorang
dalam masyarakat, yang secara otomatis menjadi faktor penting
penyebab keanekaragaman berbahasa. Dalam setiap masyarakat,
setiap tingkatan umur biasanya menggunakan tuturan dengan „cita-
rasa‟ yang khas. Ungkapan anak-anak biasanya berbeda dengan
tuturan remaja, orang dewasa, maupun orang tua. Perbedaan
tuturan pria dan wanita dapat dilihat dari tekanan suara keduanya,
seperti yang diungkapkan oleh Holmes, “One of most obvious
speech differences between women and men is the pitch of their
voices. Most people believe this difference develops at puberty.”
Dijelaskan bahwa suara mereka berbeda dan berkembang seiring
perjalan usia mereka dari anak–anak sampai masa pubertas.
Selain usia, gender juga merupakan faktor utama yang
mengakibatkan keanekaragaman bahasa. Pada bukunya Holmes
menyatakan, “This physical explanation is only part of the reason
for gender differences in voice pitch, however social and cultural
factors contribute too.” Secara fisik hanya sebagian saja faktor
pendukung, tidak dapat dilepaskan juga faktor sosial dan budaya.
Malmkjær menjelaskan bahwa kajian gender yang terkait dengan
kebahasaan sering terfokus pada perbedaan antara tuturan yang
digunakan perempuan dan laki-laki. Survey yang dilakukan Coates
dalam Malmkjær (2002) terhadap berbagai kajian tentang pengaruh
gender penutur terhadap variasi kebahasaan memperlihatkan
adanya tuturan yang secara ekslusif lebih disukai kaum perempuan
dan tuturan lain yang secara ekslusif lebih disukai laki-laki. Sebagai
contoh, dalam interaksi antar gender, perempuan secara umum
mengajukan lebih banyak pertanyaan, menggunakan tuturan yang
lebih santun, dan lebih sedikit memotong pembicaraan daripada
laki-laki. Selain itu, bertolak belakang dengan mitos bahwa
perempuan lebih banyak berbicara daripada laki-laki, temuan
beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki mendengar lebih
sedikit dan berbicara lebih banyak daripada perempuan.