Page 217 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 217
206 BAB 5
berkaitan erat dengan pengalamaan dan sikap penuturnya pada
suatu masyarakt tertentu. Sedangkan budaya yang dimaksud pada
pembahasan dalam makalah ini bukan yang terkait dengan suatu
pementasan musik, kerajinan tangan maupun seni pertunjukan
yang mengedepankan keindahan terhadap suatu karya estetika,
tetapi kebudayaan yang dimaksud adalah berdasarkan apa yang
didefinisikan oleh Goodenough (1957) yang mengatakan bahwa
budaya di dalam suatu masyarakat terdiri dari apa saja yang
diketahui dan dipercayai agar dapat diterima sebagai bagian dari
anggota masyarakat untuk berperan di dalam kelompok
bermasyarakat. Pengetahuan yang dimiliki oleh suatu anggota
masyarakat diperoleh melalui interaksi dengan masyarakat. Suatu
perilaku perlu dipelajari, sebab perilaku yang diperoleh dalam
masyarakat lebih cenderung sebagai hasil dari bersosialisasi
ketimbang diturunkan dari orang tua. Dengan demikian budaya
merupakan pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan atau
bertindak sesuai dengan peran yang dimiliki dalam kehidupan
sehari-hari.
Oleh karenanya, kita akan melihat meskipun bahasa di dunia
itu sama dalam tujuannya, yaitu untuk berkomunikasi dengan
sesama, namun, bahasa yang digunakan dalam masyarakat tutur
berbeda-beda, bahkan mempunyai keunikan masing-masing dalam
pengucapannya, penulisannya maupun maknanya. Karena, bahasa
merupakan susunan sejumlah komponen yang berpola secara
tetap dan dapat dikaidahkan.
Hipotesis Whorf
Klaim dari Whorf yang cukup lama bertahan menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara bahasa dengan budaya,
sehingga strukur bahasa menentukan bagaimana para penuturnya
dalam memandang dunia yang ada di sekitarnya.Hal kedua yang
menarik dalam hubungan koordinatif ini adalah adanya hipotesis
yang sangat kontroversial, yaitu hipotesis dari dua pakar linguistik
ternama, yakni Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Hipotesis
ini dikenal dengan nama hipotesis Sapir dan Whorf. Klaim yang
disampaikan oleh Whorf ini menarik perhatian para pakar
antropologi maupun pakar bahasa. Di antara dari pakar yang
tertarik tersebut, justru ada yang menolak pandangan Whorf. Para
penentang teori Whorf mengatakan hal yang sebaliknya, yaitu
bahwa budaya yang mempengaruhi bahasa, sebab nilai yang
berlaku dan diterapkan dalam masyarakat menentukan bagaimana
orang menggunakan bahasa agar sesuai dengan nilai masyarakat
tersebut.