Page 58 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 58
Masyarakat Bahasa dan Pengajaran Bahasa 47
T tersebut. Kemampuan siswa atau mahasiswa Indonesia dalam
menggunakan dialek T ketika beriteraksi dalam situasi
pembelajaran formal masih dapat dikatakan kurang, dan hal ini
seringkali memicu kesalahpahaman makna dan dianggap bahwa
tindak tuturnya tidak sopan. Di sini, kita membutuhkan linguistik
repertoar untuk memediasinya. Ironinya, kita terkadang tidak
menyadari hal ini bahkan tidak mau menyadari hal ini bahwa dalam
interaksi pembelajaran formal atau dalam ranah akademik,
seharusnya kita menggunakan dialek T.
Masyarakat bahasa dapat bersifat bilingualis tetapi tidak
diglosis, ada juga masyarakat yang diglosis tetapi tidak bilingualis,
bahkan ada yang tidak bilingualis maupun diglosis. Sehubungan
dengan pembelajaran dan pemelajaran bahasa, kondisi
masyarakat bahasa yang demikian tentu memiliki pola-pola
linguistis tertentu yang bisa saja mempermudah atau mempersulit
pemelajar dan pelajar bahasa dalam pembelajaran dan
pemelajaran bahasa. Kondisi-kondisi yang demikian juga
memberikan peluang terjadinya alih kode dalam siatuasi
pembelajaran, sedangkan alih kode seringkali terjadi pada
masyarakat multilingual. Jadi, baik masyarakat bilingual maupun
multilingual, keduanya dapat mempermudah atau mempersulit
pembelajar atau pemelajar bahasa. Semuanya bergantung pada
kecerdasan linguistik masing-masing dan linguistik repertoar yang
dimilikinya.