Page 57 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 57

46                                                                 BAB 2

                     Seperti  yang  telah  disebutkan  sebelumnya  bahwa  pilihan
               penggunaan  bahasa  yang  disebabkan  oleh  ragam  bahasa  dan
               variasinya  cenderung  membentuk  diglosia.  Diglosia  merupakan
               dua ragam bahasa dalam satu bahasa yang hidup, berdampingan
               dalam  guyub  bahasa,  dan  masing-masing  ragam  itu  mempunyai
               peran atau fungsi tertentu. Jadi, selain adanya dialek-dialek utama
               dari  bahasa  setempat  sebagai  ragam  yang  baku,  juga  terdapat
               ragam  yang  lain  yang  berdampingan  dengan  ragam  baku  itu.
               Penggunaannya seringkali bergantian sesuai dengan fungsi ragam
               bahasa  itu  dalam  suatu  topik  pembicaraan  dalam  suatu  interaksi.
               Jadi,  ada  dua  variasi  dalam  satu  penggunaan  bahasa.  Di
               Indonesia,  bahasa  Indonesia  menjadi  bahasa  formal  yang
               digunakan  dalam  situasi  pembelajaran,  walaupun  sebenarnya
               belum ada ketentuan kebakuan dari sisi fonologis di antara ragam
               suku  dan  budaya  yang  menggunakan  bahasa  Indonesia.  Hal  ini
               merupakan  konsep  dari  masyarakat  bahasa  dimana  anggota
               masyarakat bahasa itu bisa saja menggunakan bahasa yang sama
               dengan  dialek  yang  berbeda.  Misalnya,  orang  Toraja  memiliki
               dialek  yang  berbeda  dengan  orang  Bugis  dan  Makassar  ketika
               menggunakan        bahasa     Indonesia.    Sama      halnya    dengan
               pengguanaan bahasa Indonesia oleh orang Jawa Timur dan Jawa
               Barat dimana orang Jawa Timur memiliki dialek yang lebih lembut
               dibandingkan  dengan  orang  Jawa  Barat.  Kondisi  membawa
               beberapa  individu  untuk  belajar  menggunakan  bahasa  Indonesia
               yang  baik  dan  benar  tanpa  dipengaruhi  oleh  dialek  bahasa
               daerahnya.  Walaupun  demikian,  ada  beberapa  yang  tidak  dapat
               terlepas    dari   pengaruh     dialek    bahasa     daerahnya      saat
               menggunakan  bahasa  Indonesia  sehingga  lahirlah  istilah  yang
               disebut  dengan  bahasa  Indonesia  ala  Bugis-Makassar,  atau
               bahasa Indonesia rasa Jawa.
                     Dalam  situasi  pembelajaran,  seringkali  kita  melihat  dan
               mendengar interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dan
               siswa  yang  menunjukkan  percakapan  mereka  dengan  prinsip
               diglosia.  Prinsip  ini  menyebutkan  dua  jenis  dialek,  yaitu  dialek
               Tinggi (T) dan Rendah (R). Penggunaan bahasa Indonesia dengan
               aksen yang tepat disebut dengan dialek T sedangkan penggunaan
               bahasa  Indonesia  dengan  aksen  bahasa  daerah  disebut  dengan
               dialek  R.  Namun  demikian,  dalam  situasi  pembelajaran,  masih
               sering  kita  menemukan  penggunaan  dialek  R,  baik  oleh  guru
               mapun siswa. Padahal, guru seharusnya memberikan contoh yang
               baik  dan  benar  ketika  menggunakan  bahasa  Indonesia,  secara
               khusus  dalam  sistuasi  pembelajaran  sehingga  siswa  dapat
               menjadikannya model untuk mempelajari dan menggunakan dialek
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62