Page 90 - Cooperative Learning
P. 90
80 BAB 4
menyimpulkan manfaat Cooperative Learning tidak hanya menghasilkan
prestasi akademik yang lebih tinggi untuk seluruh siswa namun juga
meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan untuk melakukan hubungan
sosial serta mampu mengembangkan saling kepercayaan sesamanya baik
secara individu maupun kelompok, dan kemampuan saling membantu
dan bekerjasama antar teman. Dan pula terhindar dari persaiangan antar
individu, dengan kata lain tidak saling mengalahkan antar siswa.
Ada beberapa teknik dalam metode Cooperative learning
diantaranya: teknik mencari pasangan, bertukar pasang, jigsaw, berfikir
berpasangan berempat dan lain-lain. Teknik Jigsaw dan berfikir
berpasangan berempat adalah metode yang memberikan kesempatan
pada siswa untuk bekerja bersama-sama dalam kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang.
Model pembelajaran kooperataif secara langsung atau
tidak,maka akan berpengaruh sekali terhadap keberhasilan
pendidikan. Model pembelajaran ini bukan suasana belajar yang
bersifat otoriter. Sesuai dengan fakta pengamatan dilapangan
bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat
melalui nilai hasil belajar bahasa pada ulangan hariannya. Paling
tidak, ada dua faktor utama yang menyebabkan rendahnya tingkat
keberhasilan siswa tersebut, yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Yang termasuk dalam faktor eksternal, diantaranya adalah
pengaruh pergaulan, keluarga, lingkungan dan fisik. Sedangkan
faktor internalnya adalah diantaranya pendekatan pembelajaran,
metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
tingkat perkembangan dan pembentukan psikologi siswa.
Umumnya dalam pembelajaran bahasa guru cenderung
menggunakan pendekatan pembelajaran yang konvensional, miskin
inovasi sehingga kegiatan pembelajaran bahasa berlangsung
monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar
bahasa secara almiah, bersosialisasi, tukar pengalaman, komunikasi,
tetapi cenderung diajak belajar tentang pengetahuan yang secara
teoritis dapat menimbulkan kejenuhan siswa. Artinya, apa yang
disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa menghafalkan,
melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang konsep dan
penerapan. Akibatnya pelajaran bahasa hanya sekadar melekat pada