Page 91 - Cooperative Learning
P. 91

Implementasi Cooperative Learning di Tingkat SMP                      81

                  diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum
                  menyatunya  secara  emosional  dan  afektif.  Ini  artinya  bahwa
                  rendahnya  kemampuan  aspek  psikomotor  bisa  menjadi  hambatan
                  serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif dan
                  berbudaya.  Jika  kondisi  pembelajaran  semacam  ini  dibiarkan
                  berlarut-larut,  bukan  tidak  mungkin  berdampak  dikalangan  siswa
                  sekolah  dasar  sampai  menengah  yang  akan  terus  berada  pada
                  tataran  yang  rendah.  Para  siswa  akan  terus  menerus  mengalami
                  kesulitan dalam mempelajari konsep bahasanya baik bahasa ibunya,
                  terlebih untuk pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
                        Dalam konteks demikian diperlukan pendekatan pembelajaran
                  Pakem  yang  benar-benar  inovatif  dan  kreatif  sehingga  proses
                  pembelajaran  bisa  berlangsung  aktif,  efektif,  dan  menyenangkan.
                  Siswa  tidak  hanya  diajak  untuk  belajar  bahasa  secara  rasional  dan

                  kognitif,  tetapi  juga  diajak  untuk  belajar  menerapkan  secara
                  langsung.  Berlatih  dalam  suasana  dan  situasi  yang  sesungguhnya
                  serta  iklim  yang  kondisif  dan  harminis,  interaktif,  menarik  dan
                  menyenangkan  yaitu  dengan  model  pembelajaran  kooperatif.
                  Dengan  cara  demikian,  siswa  tidak  akan  tertumpu  dan  terbentur
                  dalam  suasana  pembelajaran  yang  kaku,  monoton,  dan
                  membosankan.

                  Kajian pustaka
                     A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
                        Pembelajaran konstruktivisme telah banyak digunakan selama
                  dasawarsa  yang  lalu,  dan  akan  menjadi  paradigm  yang  menonjol
                  untuk    memahami       pendidikan     kontemporer.     Prinsip    dasar
                  konstruktivisme  adalah  asumsi  bahwa  pemahaman  harus  dicipta
                  oleh siswa dan bukannya diberikan kemereka.
                        Menurut  Melvin  L.  Silberman,  seperti  yang  dikutip  oleh
                  Sutrisno, mengatakan belajar merupakan konsekuensi otomatis dari
                  penyampaian  informasi  kepada  siswa.  Belajar  membutuhkan
                  keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan itu
                  aktif,  siswa  melakukan  sebagian  besar  pekerjaan  belajar.  Siswa
                  mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan
                  menerapkan apa yang mereka pelajari.
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96