Page 57 - E MODUL LEMBAGA KEUNGAN SYARIAH - NADYA MEYLANI HOTMAIDA SIBARANI - 1834021315
P. 57
Secara industri, pembiayaan bank syariah identik dengan sektor bisnis UMKM,
harus lebih berhati-hati karena sektor retail ini cukup rentan terhadap kondisi
pertumbuhan ekonomi. Bila pertumbuhan ekonomi melambat maka akan berimbas pada
kelangsungan usaha UMKM. Kemudian ada lagi permasalahan dimana menurut pakar
ekonomi syariah Muhammad Syafi'i Antonio menilai pertumbuhan pangsa pasar
perbankan syariah yang melambat karena kesalahan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
Perlambatan ini membuat kondisi perbankan syariah selalu menjadi pembahasan,
terutama masalah penguatan modal, likuiditas dan efisiensi. "Harus ada penguatan
permodalan, likuiditas harus dijaga dan efisiensi harus ditingkatkan," ujar Halim. Seiring
pertumbuhannya perbankan syariah, hal ini menjadikannya masih dilihat secara sinis
oleh sebagian kelompok orang, bahkan oleh beberapa umat Muslim.
Hal itu bisa saja dilihat dari rendahnya kepercayaan umat Islam dan rendahnya
partisipasi dalam investasi dan modal gulungan perbankan syariah. Sebagai negara
berpendudukan Muslim terbesar, Indonesia memiliki potensi pasar terbesar dalam
pengembangan industri moneter dan perbankan syariah. Kondisi perbankan syariah bisa
dilihat dari berbagai sisi, dari sisi pertumbuhannya perbankan syariah terus menunjukkan
perkembangan positif jika dilihat dari data OJK. Akan tetapi perbankan syariah di
Indonesia masih berada jauh dibawah perbankan konvensional dari segi kontribusi
seperti kontribusi ke perekonomian di Indonesia itu terhadap PDB Indonesia.
Berdasarkan data Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) menyatakan pasar
jasa keuangan syariah di Indonesia masih terbilang sangat rendah, hanya sebesar 8,95%.
Kenapa terbilang sangat rendah? Karena jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk Agama Islam, seharusnya pasar
industri jasa keuangan syariah berpotensi lebih besar daripada konvensional, tetapi
mengapa sekarang terbalik? Karena bank konvensional memiliki manajemen risiko yang
ketat, sehingga mereka sangat menekankan pada keamanan Dana Nasabah. Bank syariah
pun melakukan manajemen risiko, akan tetapi terkadang hanya mengandalkan
kepercayaan masyarakat, sehingga sering terjadi kegagalan di NPL/Kredit macet yang
tinggi sehingga terjadi masalah likuiditas, sehingga harus dibantu oleh investor Asing
yaitu contohnya Bank Muamalat. Sebenarnya di Indonesia juga masih berumuran sangat
muda karena bank syariah baru muncul saat krisis tahun 2008 dibandingkan dengan bank
konvensional, sehingga experience untuk meluaskan market share nya, bank
konvensional lah yang lebih dulu.