Page 91 - Buku Metodologi Kepelatihan Olahraga
P. 91
Setyo Budiwanto FIK Univ. Negeri Malang 85
Latihan aerobik merupakan sistem latihan, dimana energi yang digunakan berasal dari
proses glikolisis aerobik, siklus Kreb dan sistem transportasi elektron. Proses latihan
aerobik tersebut memerlukan oksigen yang cukup. Oksigen tersebut diperlukan untuk
memecah glukosa menjadi CO2, air dan energi. Pada latihan aerobik ini diperlukan
kemampuan paru-paru untuk menyediakan oksigen melalui proses ventilasi paru.
Selain itu perlu didukung oleh kemampuan jantung memompa darah untuk
mengangkut oksigen melalui pembuluh darah dan oleh kemampuan sel-sel menyerap
oksigen. Prinsip latihan aerobik ini adalah memberikan latihan dengan beban yang
ringan dan dilaksanakan dalam kurun waktu yang lama.
Pendapat Astrand (1986), bahwa latihan teratur yang dilakukan tiga kali
latihan per minggu dengan durasi 30 menit pada umumnya akan menghasilkan
peningkatan kekuatan aerobik maksimal rata-rata 10%-20%. Hal ini jelas bahwa
latihan sebagai faktor pembantu yang paling penting untuk menentukan kekuatan
aerobik maksimal seseorang. Dijelaskan juga oleh Astrand (1986) bahwa latihan
relatif berpengaruh kecil terhadap fungsi paru-paru. Disebutkan bahwa kapasitas otot-
otot respirasi tidak digunakan penuh selama olahraga maksimal. Karena kapasitas vital
tidak berubah karena latihan, pada orang dewasa bukan yang terkecil, respirasi yang
dalam bukan perubahan yang utama diharapkan selama latihan. Pada beberapa
keadaan ventilasi paru-paru tertentu, kerja mekanik bernapas adalah sama antara
seseorang yang terlatih dan tidak terlatih.
Stone (1981) mengemukakan bahwa pada dasarnya untuk memperoleh
kebugaran aerobik orang dewasa harus melakukan latihan fisik secara aerobik,
frekuensi tiga hingga lima kali per minggu, intensitas 60% hingga 90% maksimum
heart rate, lama latihan 15 sampai dengan 60 menit.
Menurut McArdle (1981) dijelaskan bahwa sebagai ketentuan umum, kapasitas
aerobik akan diperbaiki jika intensitas latihan cukup untuk meningkatkan denyut
jantung mencapai kira-kira 70% dari denyut jantung maksimum. Ini sama dengan
50% sampai dengan 55% dari kapasitas maksimum aerobik atau mencapai denyut
jantung antara 130-140 kali per menit. Sebagai metode pengganti yang sama efektifnya
adalah dengan cara menetapkan training threshold. Yaitu latihan dilakukan sampai
mencapai denyut jantung kira-kira 60% dari selisih antara denyut jantung istrahat