Page 140 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 140

Wilayah yang semakin sempit itu telah membawa problem dalam kehidupan
                 sosial ekonomi. Penghasilan para penguasa kerajaan menjadi semakin kecil.
                 Sementara  dengan  masuknya  pola  hidup  Barat,  kebutuhan  hidup  para
                 penguasa  meningkat.  Dengan  demikian,  beban  hidup  mereka  semakin
                 sulit. Untuk mengatasi kesulitan ini maka mereka menaikkan pajak. Dengan
                 demikian,  rakyat  menjadi  sasaran  eksploitasi  oleh  pemerintah  kolonial
                 maupun para pejabat kerajaan. Rakyat juga diperintahkan untuk melakukan
                 kerja wajib.


                 Dalam suasana sosial ekonomi yang memprihatinkan itu, di dalam kerajaan
                 sendiri  terjadi  konflik  intern.  Konflik  ini  terutama  dipicu  oleh  intervensi
                 Belanda. Hal ini bermula saat putera mahkota Abdul Rakhman meninggal
                 secara mendadak pada tahun 1852. Sementara Sultan Adam memiliki tiga
                 putra  sebagai  kandidat  pengganti  sultan,  yakni:  Pangeran  Hidayatullah
                 (Pangeran Hidayat), Pangeran Tamjidillah, dan Prabu Anom. Ketiga kandidat
                 itu  masing-masing  memiliki  pendukung.  Pangeran  Hidayatullah  didukung
                 pihak  istana  dan  kebetulan  sudah  mengantongi  surat  wasiat  dari  Sultan
                 Adam  untuk  menggantikan  sebagai  sultan,  Pangeran  Anom  dijagokan
                 sebagai mangkubumi, sedang Tamjidillah didukung Belanda.

                 Pada tahun 1857 Sultan Adam meninggal. Dengan sigap Residen E.F. Graaf
                 von Bentheim Teklenburg mewakili Belanda mengangkat Tamjidillah sebagai
                 sultan dan Pangeran Hidayatullah diangkat sebagai Mangkubumi. Pada hal
                 menurut  wasiat  yang  sah  yang  diangkat  menjadi  sultan  adalah  Pangeran
                 Hidayatullah. Oleh karena itu, wajar kalau pengangkatan Tamjidillah sebagai
                 Sultan  Banjarmasin  menimbulkan  protes  dan  rasa  kecewa  dari  berbagai
                 pihak.  Tamjidillah  memiliki  perangai  yang
                 kurang  baik,  senang  minum-minuman
                 keras  seperti  orang  Belanda.  Tamjidillah
                 juga  menghapus  hak-hak  istimewa  pada
                 saudara-saudaranya termasuk menganggap
                 tidak  ada  surat  wasiat  dari  Sultan  Adam
                 kepada  Pangeran  Hidayatullah.  Tindakan
                 Tamjidillah  yang  sewenang-wenang  itu
                 semakin  menimbulkan  rasa  kecewa  dari
                 berbagai  pihak.  Salah  satu  gerakan  protes
                 dan  menolak  pengangkatan  Tamjidillah
                                                              Sumber:  Indonesia  Dalam  Arus
                 sebagai  sultan  dipelopori  oleh  Penghulu   Sejarah  jilid  4  (Kolonisasi  dan
                 Abdulgani.  Pangeran  Hidayatullah  yang     Perlawanan), 2009.
                                                              Gambar 2.28 Pangeran Hidayatullah.





                 132    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK                                   Semester 1
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145