Page 195 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 195

Di  Surakarta  R.Dirdjoatmojo  menyunting  Djawi  Kanda  yang  diterbitkan
                       oleh Albert Rusche & Co., di Yogyakarta Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai
                       redaktur jurnal berbahasa Jawa, Retnodhoemillah diterbitkan oleh Firma H.
                       Buning.


                       Bermunculannya media cetak itu segera diikuti dengan munculnya sejumlah
                       jurnalis bumiputra lainnya. Mereka adalah R. Tirtodanudja dan R. Mohammad
                       Jusuf. Keduanya adalah redaktur Sinar Djawa, yang diterbitkan Honh Thaij
                       & Co. Djojosudiro, redaktur Tjahaja Timoer yang diterbitkan di Malang oleh
                       Kwee Khaij Khee. Di Bandung Abdul Muis sebagai redaktur Pewarta Hindia
                       yang  diterbitkan  oleh  G.  Kolff  &  Co.  Para  jurnalis  bumiputra  itulah  yang
                       memberikan wawasan dan ”embrio kebangsaan” melalui artikel, komentar-
                       komentar  mereka  dalam  surat  pembaca,  dan  mengungkapkan  solidaritas
                       diantara mereka dan para pembaca yang sebagian besar adalah kaum muda
                       terpelajar. Misalnya Pewarta Prijaji yang disunting oleh R.M.T. Kusumo Utoyo
                       seorang  Bupati  Ngawi,  yang  menyerukan  persatuan  di  kalangan  priyayi.
                       Mereka juga mendapatkan dukungan dari simpatisan dan pelanggan dengan
                       15 cabang di Jawa, Madura, dan Sumatera (lebih lanjut baca Takashi Shiraishi
                       dalam Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926).

                       Sementara  itu  pergerakan  kebudayaan  “cetak”  mulai  masuk  di  beberapa
                       kota  kolonial  lain,  seperti  Surabaya,  Padang,  dan  Semarang.  Kebudayaan
                       cetak  mempermudah  kaum  terdidik  untuk  memperoleh  informasi.  Pada
                       tahun 1901, sebuah majalah bulanan Insulinde diterbitkan atas kerja sama
                       para terpelajar di Kota Padang dengan guru-guru Belanda di sekolah raja
                       (Kweekschool) Bukittinggi, terutama van Ophuysen, ahli bahasa Melayu. Ketua
                       redaksi majalah itu adalah Dja Endar Muda, seorang wartawan keturunan
                       Tapanuli yang juga telah menerbitkan surat kabar Pertja Barat dan majalah
                       bulanan berbahasa Batak, Tapian Nauli. Majalah Insulinde itu disebarkan ke
                       seluruh Sumatera dan Jawa. Majalah itulah yang pertama memperkenalkan
                       slogan “kemajuan” dan “zaman maju”. Satu diantara artikel menarik yang
                       dimuat dalam Insulinde adalah kisah kemenangan Jepang, negara “kecil”
                       yang menang mengalahkan Tiongkok “yang besar”. Kemenangan Jepang itu
                       disebabkan keberhasilannya dalam memasuki “dunia maju”. Ulasan tentang
                       perkembangan yang terjadi di “dunia maju” secara terbuka mengajak para
                       pembaca untuk ikut serta dalam zaman “kemajuan”. Majalah itu tidak saja
                       memuat artikel tentang bangsa Hindia Belanda, akan tetapi juga memuat
                       tentang berita Asia dan Eropa.








                                                                                          187
                                                                             Sejarah Indonesia
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200