Page 87 - EBOOK_UMKM dan Globalisasi Ekonomi
P. 87
87
Mukti Fajar ND.
justru ditinggalkan. Kapitalisme mendapat dukungan bukan hanya dalam
bentuk intervensi asing, tapi juga berbentuk produk kebijakan politik
ekonomi dalam negeri yang memanjakannya. Sebaliknya, koperasi justru
dimarginalkan sebatas institusi untuk sekedar ada. Institusionalisasi koperasi
tentu berbeda dengan bangunan ekonomi sebagai suatu sistem. Lembaga-
lembaga koperasi merupakan bagian ekonomi rakyat, sedang koperasi sebagai
bangunan ekonomi tidak lain adalah ekonomi kerakyatan sebagai sistem
bangunan ekonomi.
Dalam kekhawatirannya perihal akan tergusurnya koperasi oleh
kapitalisme, Bung Hatta juga pernah menyatakan:
“Kolonialisme secara pemerintah jajahan sudah lenyap, sudah kita runtuhkan.
Tetapi kapitalisme kolonial sebagai suatu kekuasaan organisasi ekonomi masih
kuat duduknya. Kekuasaannya itu hanya dapat dipatahkan dengan membangun
perekonomian rakyat di atas dasar koperasi”.
Pada tahun 1933, Bung Hatta menulis kata pengantar dalam majalah
Daulat Rakyat sebagai berikut:
Tani sendiri tidak berkuasa lagi atas padi yang ditanamnya. Padi masak orang
lain yang punya. Produksi tinggal di tangan bangsa kita, tetapi distribusi atau
pejualan sudah ditangan bangsa asing. Bertambah banyak perpecahan produksi,
bertambah kuasa kaum pembeli dan penjual, semakin terikat ekonomi rakyat 7
Konsep co-operation, yang lebih akrab dengan perpaduan terminologi
pertumbuhan dengan pemerataan, daya saing dengan solidaritas, dinilai tidak
sesuai dengan semangat “perdagangan bebas”. Karena itu, banyak yang
kemudian berpendapat bahwa koperasi harus bisa mengejar atau bersaing
dengan konglomerat. Jelas, ini merupakan kesalahan fatal dalam memandang
koperasi, sekaligus merupakan kekalahan “kubu” ekonomi kerakyatan dalam
perang wacana melawan kapitalisme. konsep co-operation berbeda (berlawanan)
dengan konglomerasi, baik bentuk, semangat, jiwa maupun tujuannya.
Terlebih lagi, konglomerasi merupakan kapitalisme kroni yang secara
substansial menyalahi sendi-sendi dasar kapitalisme itu sendiri. 8
Di tengah dominasi sistem ekonomi neoliberal (kapitalisme global),
terminologi keadilan, pemerataan, kesejahteraan dan sejenisnya tidak lagi
mendapat tempat. Terminologi tersebut lebih berfungsi sebagai slogan politik