Page 168 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 168

dan termasuk atasan, harus mampu ngrengkuh, agar jangan sampai ada yang marah.
               Jika kurang sampai hati, bisa ditulis dengan ahasa yang halus. Terlebih lagi, mereka
               agar segera mohon ampun kepada Tuhan, supaya terhindar dari kutuk atasannya.
                     Sebaliknya generasi muda yang igin menjadi pimpinan, hendaknya harus sanggup
               melaksanakan kewajiban. Modal untuk menjadi pimpinan bukanlah berdukun, dengan
               persyaratan  yang  tak  rasional,  minta  berkah  kepada  pohon  dan  arca.  Modal  utama
               adalah  selalu  rajin,  berusaha  keras  meningkatkan  ilmu  pengetahuan,  dan  setia
               terhadap  kewajiban.  Generasi  penerus  sebagai  warga  negara  hendaknya  selalu
               menjaga  ketenteraman  negara,  selalu  mohon  kepada  Tuhan,  dan  menurut  perintah
               atasan.
                     Uraian  demikian  terkandung  falsafah  bahwa  pimpinan  perlu  mengembangkan
               langkah  preventif  demi  keselamatan,  perlu  bimbingan  khusus  bahwa  'kamulyan'  itu
               datangnya  harus  dengan  upaya.  Pimpinan harus  bisa  ngrengkuh,  mengarahkan  agar
               generasi muda jika bercita-cita harus dengan laku yang wajar.
                     Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa falsafah kepemimpinan asah
               menghendaki  agar  atasan  bisa  menjalankan  tugas  sebaik-baiknya  untuk  mengatur
               bawahan. Atasan berhak mengatur segalanya, terutama masalah etika dan persyaratan
               dan atau tatacara menjadi bawahan. Teknik memberikan aturan seorang atasan adalah
               dengan berwasiat atau pun memberikan nasehat. Namun, dalam penyampaian petuah
               harus dilakukan dengan sentuhan rasa dan atau sentuhan kemanusiaan. Bahkan tak
               jarang  yang  menggunakan  estetika  simbolik.  Dengan  cara  demikian  diharapkan
               bawahan lebih taat dan ini bertujuan agar negara selamat. Karena itu, bawahan harus
               memegang prinsip hormat dan menghargai atasan.
                     Falsafah kepemimpinan asih, menghendaki: (1) agar pimpinan wajib memberikan
               penghargaan yang sepantasnya kepada warga yang berhasil menunjukkan prestasi, (2)
               memberikan  kemakmuran  kepada  bawahan  dengan  cara  membahagiakan,
               memberikan  sandang  pangan  secukupnya,  (3)  pimpinan  harus  bersahabat  dengan
               bawahan, tanpa membedakan besar kecilnya pangkat, tanpa membedakan orang baik
               dan  buruk,  semua  warga  negara  harus  dijaga  agar selalu  hidup  rukun,  semua  harus
               didekati, bawahan pun harus selalu bersikap kasih sayang terhadap negara dan raja,
               (4)  pimpinan  mempunyai  wewenang  penuh  untuk  memberikan  anugerah  terhadap
               bawahan, (5) pimpinan (raja) harus bersikap tut wuri handayani terhadap bawahan, (6)
               pimpinan bertugas mendewasakan bawahan secara fisik dan psikis, (7) pimpinan harus
               mengarahkan  bagaimana  mereka  bawahan  mencapai  cita-cita  dan  khususnya
               mencapai kamukten (cita-cita tinggi), berpangkat, hendaknya sabar dan jangan 'nggege
               mangsa'.  Sebaliknya,  bawahan  juga  bertugas  selalu  sowan  kepada  pimpinan  untuk
               mohon  petunjuk  cara  mengatur  negara  dan  kehidupan,  yakni  (a)  berbekalkan
               kesentosaan budi (hati), (b) harus tangguh dan jernih pikirannya.
                     Falsafah kepemimpinan asuh, terkandung pesan bahwa pimpinan harus (1) selalu
               membimbing bawahan agar tidak meninggalkan jasa para leluhur dan memikirkan nasib
               keturunannya nanti, (2) memikirkan memikirkan masalah sandang dan pangan sehari-
               hari,  jangan  sampai  kekurangan,  (3)  mengetahui  keberadaan  warga  negara  tentang
               penyakit yang diderita, (4) pimpinan berhak menghukum atau memberikan peringatan
               sekadarnya  kepada  bawahan,  (5)  harus  rela  dan  ikhlas  terhadap  kedudukannya  jika
               sewaktu-waktu  digantikan,  (6)  wajib  membekali  agar  hidup  itu  penuh  berjuang  dan
               mandiri, (7) harus bijaksana, (8) bertugas untuk mendorong dan membimbing bawahan,
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173