Page 165 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 165

agar  hidupnya  kelak  selamat.  Agar  anak-anaknya  menjadi  manungsa  utama  atau
               manungsa sejati.
                     Khusus  kepemimpinan  orang  tua  terhadap  anak  wanita  memiliki  ciri  tersendiri.
               Orang  tua  wajib  memberikan  petuah  kepada  anak  wanita  tentang  bagaimana
               perjodoan. Bagaimana jika wanita suwita (mengabdi) kepada laki-laki (suami). Laki-laki
               akan lebih senang jika isteri (wanita yang dipimpin) bersikap: (a) rajin, (b) tak membuat
               kecewa, (c) sungguh-sungguh dalam bekerja (pethel), (d) tegen (tidak banyak tingkah),
               (e)  wekel  (penuh  perhitungan  dalam  bekerja,  (f)  berhati-hati.  Dari  sini  menunjukkan
               betapa  perhatian  orang  tua  terhadap  anak  wanita  agar  kelak  dapat  hidup  bahagia.
               Orang  tua  selalu  menghendaki  agar  kelak  anaknya  wanita  bersikap  setia,  berbakti
               kepada suami. Dari falsafah asah tersebut terkandung pesan bahwa orang tua memiliki
               tanggung  jawab  moral  dalam  mendewasakan  anak,  terutama  wanita.  Wanita  sudah
               perlu  dibekali  pendidikan  keluarga  sejak  dini,  agar  kelak  hidup  bahagia,  bisa
               membentuk keluarga sakinah, mawadah wa rohmah. Wanita, dalam kehidupan orang
               Jawa sering dikatakan 'satru munggwing cangklakan', karena itu orang tua cukup hati-
               hati dalam memberikan bekal hidup.
                     Ketiga,  kepemimpinan  raja  terhadap  abdi  raja.  Tugas  raja  bertanggung  jawab
               memberikan  petuah  tentang  kewajiban  abdi  raja,  antara  lain:  (a)  mengikuti  wiradat,
               mengikuti ombyaking kahanan atau situasi dan kondisi, (b) rajin bekerja, (c) membantu
               menjaga ketenteramanan negara, (d) menjaga agar negara tidak rugi, (e) ikut menjaga
               negara  jika  dalam  bahaya,  (f)  jangan  sampai  iklas  jika  negara  dirusak  orang  lain.
               Seorang  raja  juga  bertuga  menatar  moralitas  para  prajurit.  Petuah  tersebut  lebih
               berkaitan dengan masalah etika yang menyangkut keajiban seorang prajurit. Seorang
               prajurit  hendaknya:  (a)  jangan  mudah  berkecil  hati,  putus  asa,  dan  kurang
               bersemangat, (b) hendaknya berhati-hati dalam melaksanakan kewajiban, (c) menjaga
               kondisi  badan  secara  teratur,  (d)  menjaga  keselamatan  leluhurnya,  jangan  sampai
               punah keturunannya. Termasuk moralitas adalah etika dan kewajiban prajurit, yaitu: (a)
               menurut  aturan  negara,  (2)  ingat  awal  mula  memperoleh  kedudukan,  dan  (c)  jangan
               ingkar janji sebab akan membuat malu orang tua sendiri. Di sini seorang raja sebagai
               pucuk pimpinan mempunyai tugas untuk mengatur prajurit. Aturan tersebut berupa etika
               kenegaraan atau tatacara kenegaraan. Aturan ini mengikat sikap dan perilaku seorang
               prajurit dalam praktek bernegara.
                     Keempat,  kepemimpinan  raja  terhadap  prajurit.  Raja  wajib  memberikan  petuah
               kepada prajurit agar mereka jangan hanya seperti “kambing”, hanya menjadi perusuh
               negara dan juga jangan hanya seperti "ulat" yang selalu menjadi hama tanaman yang
               daunnya sedang rimbun. Prajurit hendanya selalu meluhurkan atasannya. Agar selamat
               dan agar semua belum terlanjur, segera tobatlah serta minta ampun lahir batin kepada
               Tuhan.
                     Kelima,  kepemimpinan  raja  terhadap  anak-anaknya.  Tugas  raja  harus  mendidik
               anak-anaknya.  Pesan-pesan  edukatif  yang  diberikan, antara  lain:  (a) anak  raja  harus
               "ingat"  (eling)  terhadap  perjuangan  leluhurnya  (ayahnya)  dan  percaya  diri,  (b)
               mendoakan  anak-anaknya,  semoga  anaknya  bisa  meneruskan  perjuangan  orang
               tuanya,  (c)  memberikan  pertimbangan  tentang  pernikahan  anaknya,  yakni  harus
               mendapatkan  jodoh  yang  seimbang  kedudukannya,  (d)  harus  memiliki  rumah  atas
               usahanya  sendiri,  (e)  harus  memiliki  kedudukan  yang  pasti,  (f)  sudah  memiliki
   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170